Jakarta, Aktual.com — Akibat terus anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, PT Pertamina (Persero) pun mengaku akan menurunkan transaksi pembelian valas dolar Amerika Serikat hingga sebesar 50 persen.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, aksi korporasi ini dilakukan lantaran Pertamina dalam melakukan pengadaan minyak mentah, produk BBM dan Elpiji selama ini harus selalu melakukan pembelian valas berdenominasi USD dalam jumlah cukup besar. Sementara di sisi lain, sebagian besar pendapatan Pertamina dari penjualan di dalam negeri diterima dalam bentuk Rupiah.

“Akhir-akhir ini, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD sangat dinamis dimana Rupiah terus mengalami depresiasi sehingga undervalue (di bawah nilai fundamentalnya). Sebagai bentuk mitigasi risiko, Pertamina yang sebelumnya telah melakukan aksi korporasi dengan hedging, dalam beberapa waktu ke depan, juga bersiap mengurangi transaksi pembelian USD hingga 50 persen dari transaksi pembelian normal,” kata Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro di Jakarta, Senin (28/9).

Pertamina selama ini melakukan pembelian valas dari tiga bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BRI, dan BNI yang selalu dilaporkan kepada Bank Indonesia secara bulanan maupun mingguan.

Sejak bulan Juni lalu, Pertamina juga telah mengimplementasikan transaksi lindung nilai (hedging) dengan membeli valas secara forward dan telah mendapatkan fasilitas perbankan berupa forex line untuk transaksi lindung nilai dari tiga bank dalam jumlah signifikan.

Wianda menambahkan, meski begitu, Pertamina tetap dapat memenuhi kewajiban pembayaran baik dalam bentuk Rupiah dan valas kepada mitra usaha. Untuk mengatasi selisih antara kebutuhan dan pembelian valas dalam USD, Pertamina akan bekerjasama dengan pihak perbankan dengan menggunakan skema trade financing dengan memanfaatkan fasilitas kredit jangka pendek yang disediakan oleh perbankan baik BUMN, swasta nasional maupun perbankan Internasional untuk mendukung pembiayaan Pertamina.

“Jadi, ke depan Pertamina akan lebih memanfaatkan komitmen credit line yang sudah dimiliki dibandingkan dengan mencari USD di pasar spot,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan