Washington DC, Aktual.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai diktator tanpa pemilu. Trump juga mempertanyakan legitimasi Zelensky sebagai Presiden Ukraina.
Padahal jabatan Zelensky sebagai Presiden Ukraina seharusnya sudah berakhir pada tahun lalu, namun diperpanjang sepihak atas pertimbangan darurat militer. Kritikan pedas itu disampaikan Trump di akun Truth Social baru-baru ini. Trump juga menuding Zelensky menolak mengadakan pemilu di Ukraina, yang sebenarnya dijadwalkan pada April 2024, namun ditunda akibat invasi Rusia.
Kecaman Trump itu dilontarkan dalam menanggapi protes keras Zelensky yang tidak dilibatkan dalam pertemuan Rusia-AS di Riyadh Arab Saudi baru-baru ini. Padahal pertemuan itu guna membahas mengakhiri konflik di Ukraina. ”Seorang diktator tanpa pemilu, Zelensky sebaiknya bergerak cepat atau dia tidak akan memiliki negara lagi,” tulis Trump.
Bukan hanya itu, sebelumnya Trump juga meledek Zelensky sebagai seorang pelawak yang cukup sukses ”membujuk” AS menghabiskan 350 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.600 triliun untuk terlibat dalam perang yang tidak mungkin dimenangkannya.
”Dia menolak pemilu, padahal peringkatnya sangat rendah dalam jajak pendapat Ukraina. Dan satu-satunya hal yang dia kuasai adalah mempermainkan Joe (Biden) seperti biola untuk mendapatkan lebih banyak bantuan militer. Sementara itu kami berhasil merundingkan diakhirinya perang dengan Rusia, sesuatu yang semua orang akui hanya dapat dilakukan oleh Trump dan pemerintahan Trump,” kata Trump seperti dilansir dari VOA News, Kamis (20/2).
”Saya cinta Ukraina. Tetapi Zelensky telah melakukan pekerjaan yang buruk, negaranya hancur, dan Jutaan orang telah meninggal dengan sia-sia. Dan ini terus berlanjut,” tambah Trump.
Terkait protes Zelensky yang tidak diundang dalam pertemuan pihak Rusia dan AS di Riyadh Arab Saudi baru-baru ini, untuk merundingkan mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Trump mengecam Zelensky yang seharusnya segera mengakhiri perang itu.
”Hari ini saya mendengar, ‘Oh baiklah, kami tidak diundang.’ Ya, Anda sudah di sana selama tiga tahun. Anda seharusnya mengakhirinya setelah tiga tahun. Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan,” lontar Trump.
Untuk diketahui, Zelensky terpilih sebagai presiden pada tahun 2019 untuk masa jabatan lima tahun, namun menjadi pemimpin di bawah status darurat militer yang dilakukan setelah invasi Rusia pada 2022 lalu. Hukum Ukraina tidak mengharuskan pemilihan umum selama masa perang.
Pernyataan Trump dalam sepekan terakhir berubah drastis dan berubah arah, dengan secara mendadak membuka pembicaraan dengan Rusia. Pada Selasa (18/2), delegasi AS yang dipimpin Menteri Luar Negeri Marco Rubio, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Riyadh, Arab Saudi.
Pada pertemuan itu, kedua negara sepakat untuk memperbaiki hubungan diplomatik yang telah lama renggang, memulai perundingan negosiasi damai dan mengakhiri perang di Ukraina, termasuk membicarakan rencana pertemuan Donald Trump dengan Vladimir Putin.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















