Washington, aktual.com – Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, mengunggah hasil sebuah jajak pendapat di media sosial Truth Social pada Selasa (26/12), dengan mengangkat sebuah kata yang paling diasosiasikan para pemilihnya dengan kemungkinan dia memenangkan masa jabatan keduanya, yakni kata “balas dendam.”
Dengan semakin panasnya kampanye untuk memenangkan tiket calon presiden dari Partai Republik, postingan itu menyusul sebuah pesan Truth Social terpisah pada Hari Natal ketika sang mantan presiden mengatai lawan-lawan politiknya dengan “membusuklah di neraka”.
Fakta bahwa Trump memposting ulang jajak pendapat tersebut, yang disajikan dalam bentuk rangkaian kata dengan kata “balas dendam” ditempatkan di tengah-tengah dalam huruf kapital warna merah terang, menunjukkan bahwa agenda “balas dendam” memang ada dalam benak Trump ketika Amerika Serikat memasuki tahun pemilu.
Jajak pendapat itu diadakan oleh lembaga jajak pendapat dari Inggris, J.L. Partners.
Trump dan sekutu-sekutunya politik sudah bersumpah akan menyelidiki, memenjarakan, dan membalas dendam kepada lawan-lawan politiknya seandainya memenangkan pemilihan presiden 2024 dalam pertarungan ulang melawan Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat.
Menghadapi rangkaian dakwaan federal yang sebagian besar ada kaitannya dengan upayanya menolak kalah dalam pemilu 2020, Trump mengklaim bahwa dia sendiri merupakan korban proyek balas dendam yang dirancang Biden dan Departemen Kehakiman.
Pria berusia 77 tahun yang merupakan kandidat terkuat memenangi tiket calon presiden dari Partai Republik itu membantah telah berbuat salah.
Sebelumnya pada Desember, mantan penasihat Trump, Steve Bannon dan Kash Patel, yang keduanya masih dekat dengan sang mantan presiden, berkata dalam sebuah podcast bahwa Trump “sangat serius” dalam membalas dendam terhadap mereka yang dianggapnya musuh.
Trump sendiri berulang kali menjanjikan pembalasan terhadap lawan-lawan politiknya jika terpilih lagi nanti. Dia mengaku akan memerintahkan lembaga-lembaga penegak hukum federal agar menyelidiki musuh-musuhnya.
Dalam sebuah wawancara dengan tokoh media konservatif Sean Hannity awal Desember lalu, Trump berjanji tidak akan menyalahgunakan kekuasaan atau menjadi diktator, “kecuali pada hari pertama.”
Pernyataan-pernyataan Trump itu menjadi isyarat tahun pemilu kali ini akan sangat sengit.
Kaukus Iowa, yang mengawali kontes penjaringan bakal calon presiden dari Partai Republik, ditetapkan pada 15 Januari, dan Trump serta sekutu-sekutu politiknya akan menjadi tuan rumah sejumlah acara kampanye di negara bagian itu mulai 3 Januari.
Dua pesaing utama Trump dalam mendapatkan tiket calon presiden dari Partai Republik, Gubernur Florida Ron DeSantis dan mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, juga akan sengit berkampanye di Iowa dan disusul New Hampshire beberapa hari mendatang.
Dalam postingan media sosialnya Selasa, Trump membagikan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh DailyMail.com, di mana para pemilih diminta menuliskan kata-kata yang paling mereka kaitkan dengan rencana Trump untuk memenangkan masa jabatan keduanya.
Hasilnya, disajikan dalam bentuk rangkaian awan kata, menunjukkan bahwa kata “balas dendam” menjadi kata yang paling populer. Bersama kata “Kekuasaan”, “kediktatoran”, “ekonomi”, dan “Amerika”, kata tersebut masuk posisi lima besar.
Dalam postingan Truth Social pada 25 Desember, Trump menyerang orang-orang yang secara politik tidak sejalan dengannya, yang dia sebut sebagai “preman”.
“SEMOGA MEREKA Membusuk DI NERAKA,” tulis Trump. “SELAMAT NATAL!”
Dalam memo tertanggal 21 Desember, manajer tim sukses Biden, Julie Chavez Rodriguez, menyebut pencalonan Trump sebagai ancaman terhadap demokrasi.
“Dia melancarkan kampanye balas dendam dan pembalasan dengan mengorbankan kebebasan rakyat Amerika,” tulis Rodriguez.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain