Jakarta, Aktual.com – Ide untuk memberikan insentif kepada Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) terus disuarakan oleh Satuan Kerja Khsusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dengan alasan memacu produksi dan eksplorasi.
Kepala Bagian Humas SKK Migas, Taslim Z Yunus mengemukakan negara Indonesia merupakan negara pertama yang melakukan ekspor Liquefied Natural Gas (LNG), namun kondisinya sekarang Indonesia telah melakukan impor.
“Kita negara pertama ekspor LNG, sekarang 2016 kita impor LNG. Mudah-mudahan tidak sampai besar dengan adanya penemuan,” kata Taslim di Jakarta, ditulis Jumat (24/6).
Untuk itu lanjut Taslim dibutuhkan insentif dari Kementerian Keuangan agar pihak KKKS mampu melakukan eksplorasi dalam rangka menemukan cadangan baru serta melakukan aktivitas produksi.
“Kalau kondisi sekarang produksi terus terun, sementara demand naik. Kalau nagak ada terobosan tinggal menunggu waktu. Makanya Menkeu seharusnya siapkan insentif. Reserve replacement ketimbang negara kita jauh hanya 50 persen, sementara yang lain bisa 100 persen lebih,” tuturnya.
Kemudian dia menceritakan bahwa menurut menteri ESDM, Sudirman said; impor LNG dengan terpaksa dilakukan karena harga di pasaran dunia lebih murah ketimbang harga dalam negeri.
“Impor LNG, Menteri ESDM sudah nyatakan di Komisi VII DPR, Memang sudah tidak bisa dibendung lagi. Di dunia juga harganya kompetitif, bahkan ada yang lebih rendah ketimbang dari dalam negeri,” terangnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka