Menko Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) bersama Gubernur BI Agus Martowardojo (kiri) dan Menkeu Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan usai rapat koordinasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam Forum Round Table Policy Dialogue di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/8). Pemerintah dan BI sepakat terus memperkuat koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan reformasi struktural untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz/15

Jakarta, Aktual.com — Konsumsi swasta dan ekspor saat ini tidak lagi dapat diandalkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun porsinya cukup besar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Alasannya, konsumsi rumah tangga semakin kehilangan daya beli akibat tingginya inflasi, dan harga komoditi andalan ekspor Indonesia yang saat ini turun di pasaran.

Mau tidak mau, pemerintah harus cari cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target, 5-5,2 persen hingga akhir tahun 2015.

Salah satu komponen yang masih bisa dikejar untuk pertumbuhan ekonomi adalah belanja pemerintah, yaitu dengan infrastruktur. Namun untuk membangun infrastruktur memerlukan modal -dalam hal ini investasi- yang tidak sedikit serta adanya tantangan, seperti perizinan dan birokrasi.

Sejalan dengan hal tersebut, Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pemerintah akan menjadikan investasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.

“Makanya kita percepat investasi pemerintah, swasta, beri insentif, revisi tax holiday, dan kurangi biaya logistik untuk menciptakan ekonomi yang kompetitif,” ujar Sofyan di Jakarta, Jumat (7/8).

Seperti diketahui, hingga akhir Juli 2015 realisasi belanja negara mencapai Rp913,5 triliun atau 46 persen dari pagu belanja negara. Realisasi tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp524,1 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp389,3 triliun.

Sedangkan untuk realisasi peneriman bukan pajak (PNBP) -investasi pemerintah dan swasta- mencapai Rp150,2 triliun atau 55,8 persen dari target Rp269,1 triliun. Ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang mencapai 53,3 persen.

Bahkan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan realisasi pertumbuhan ekonomi bisa melebihi target jika belanja pemerintah di semester II terserap dengan baik.

“Kalau bisa diserap semuanya, kami yakin angka pertumbuhan eknonomi di atas 5,3 persen,” pungkas Hendri.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka