Jakarta, Aktual.com – Serikat Pekerja PLN beharap Pemerintah dan PT PLN (Persero) mampu melakukan efisiensi untuk menekan tarif listrik semurah mungkin agar menggerakkan perekonomian masyarakat hingga masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Ketua serikat Pekerja PLN, Jumadis Abdan memperkirakan saat ini ada sekitar Rp 60 triliun beban yang ditanggung PLN akibat kesalahan dalam penyelenggaraan sistem kelistrikan nasional.

“Menjadi kegalauan kita bersama tarif listrik di Indonesai relatif mahal. seperti tetangga kita Malaysia misalnya lebih murah, dalam pemakaian tertentu hanya Rp 650 per kWh. Disana tidak berdasarkan golongan tapi berdasarkan batas pemakaian. Di kita untuk pemakaian 900 VA sudah lebih Rp 1300 per kWh. ini sangat memberatkan masyarakat dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka,” kata dia, di Jakarta, Senin (7/8).

Dia mensinyalir setidaknya ada tiga faktor yang membuat tarif listrilk menjadi lebih mahal yaitu; harga dan jenis energi primer, pola operasi dan biaya pemeliharaan.

Mengenai energi primer saat ini jelasnya; sebanyak 8 persen bauran energi primer terdiri dari BBM, diketahui penggunaan BBM menelan biaya yang lebih besar dibading penggunaan Gas.

Dia membandingkan di negara-negara tetangga, mereka hampir 50 persen energi primer mereka terdiri dari bauran gas, belum lagi harga gas mereka lebih murah dibanding dengan apa yang didapat oleh PLN, sehingga pembangkit mereka mampu menyedia listrik yang murah bagi masyarakat.

“Hampir 50 persen di Malaysia menggunakan gas alam sementara Indonesia baru 25 persen. Harga gas disana juga lebih murah sekitar USD 4,6 per MMBTU, sedangkan di PLN hampir dua kali lipat harganya. kalau itu dirupiahkan, inefisiensinya bisa meancapai Rp 25 triliun. Nah kalau harga gas ini bisa diturunkan sekitar USD 5 per MBBTU untuk PLN, maka PLN bisa menghemat BPP mencapai Rp 2 triliun. Maka tidak berlu menaikkan harga listrik, bahkan bisa turun,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby