“Jangan sampai kesalahan kita dijadikan alat kampanye negatif sawit Indonesia. Sehingga membuat citra Indonesia menjadi buruk di mata dunia,” tambahnya.
Ia menjelaskan, Ancaman boikot dari dunia internasional juga pernah dialami sebelumnya seperti dalam kasus pemboikotan produk kertas dan tisu oleh Singapura karena kasus kebakaran lahan dan pada produk seafood karena kasus perbudakan yang dilakukan oleh PT Benjina Pusaka Resources. Untuk itu kesalahan dan kekurangan yang ada pada sistem kita perlu diperbaiki dan diantisipasi sehingga tidak menjadi sandungan di masa depan.
“Jangan sampai kesalahan kita dijadikan alat kampanye negatif sehingga membuat citra sawit Indonesia buruk di mata dunia,”tuturnya.
Anggota DPD asal Sumut ini juga mengatakan bahwa Indonesia sebagai penghasil terbesar minyak sawit bersetifikasi di dunia dengan produksi 6,5 juta ton atau 52 persen dari 12,65 juta ton total produksi minyak sawit bersertifikat global perlu menjaga citranya. Sehingga produk andalan dan kebanggaan Indonesia ini bisa terus menjadi income utama perekonomian bangsa. Karena sektor ini merupakann salah satu penyumbang pemasukan terbesar dari sektor non-minyak bumi dan gas (migas) yakni sebesar 75 persen.
“Sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia kita perlu menjaga citra positif di mata dunia, karena sawit adalah produk andalan dan kebanggaan kita yang memiliki nilai ekonomi tinggi,”jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid