Jakarta, Aktual.com – Persoalan kenaikan harga kebutuhan pokok jelang bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri seolah menjadi tradisi yang selalu terjadi setiap tahun.
Penyebab fluktuasi harga bahan pangan yang terjadi jelang bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, tidah hanya bersumber pada supply dan demand saja, melainkan banyak aspek.
Persoalan distribusi seperti rantai pemasaran yang panjang, peran tengkulak, tata niaga yang buruk, dan banyak faktor lainnya menjadi kendala yang belum terselesaikan.
Melihat kompleksnya persoalan yang kerap terjadi itu, Anggota Komisi IV DPR RI Hamdhani mengatakan bahwa tradisi kenaikan harga kebutuhan pangan pokok jelang lebaran di Indonesia, dilihat dari sisi hukum ekonomi, yakni dimana semakin banyak permintaan terhadap suatu barang maka pasti berdampak pada harga mengalami kenaikan.
“Pada tahun ini yang kami lihat di pasaran, harga-harga yang naik itu terjadi pada komoditas bawang putih, daging, ayam potong, serta beberapa hasil produksi tanaman holtikultura,” katanya di Gedung DPR RI baru-baru ini.
“Ini menandakan bahwa setiap menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, kenaikan harga itu seperti sudah menjadi kebiasaan. Kita mendesak pemerintah melakukan operasi pasar seperti Bulog sebagai salah satu langkah antisipasi dalam menghadapi lonjakan harga pangan saat Ramadhan dan Idul Fitri,” sambungnya.
Politisi F-Nasdem itu menyatakan, saat ini masih banyak impor komoditas pangan yang dilakukan pemerintah seperti daging dan sebagainya, Oleh karena itu kedepannya harus juga disiasati dalam hal untuk mengatasi adanya spekulan-spekulan yang bermain di bidang komoditas pangan.
“Kami akan melakukan pengawasan terhadap pergerakan harga kebutuhan pangan pokok tersebut dengan melihat langsung ke lapangan,” tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh: