“Kalau persoalan dia pensiun dini, atau sampai selesai masa dinasnya di kepolisian, itu kembali ke Pak Tito,” tutur Daeng.
Dia berpendapat, jika alasan mundur karena tekanan pekerjaan yang berat maka sangat tidak tepat. Menurut Daeng, ketika seorang polisi berani mengambil keputusan dan tanggung jawab menjadi Kapolri maka sudah harus siap dengan risiko jabatannya.
“Tidak bisa menikmati jabatan tanpa mau mengambil akibat dari jabatan itu,” ucap dia menambahkan.
Sekedar informasi, usai memimpin upacara peringatan HUT Polri ke-71 di Silang Monas, Jakarta Pusat, Kapolri mengisyaratkan bakal memilih untuk pensiun dini. Hal tersebut sekaligus mempertegas pernyataan sebelumnya yang disampaikan Tito saat wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta.
“Saya sampaikan kalo boleh saya pilih, saya enggak mau selesai sampai 2022. Terlalu lama. Enggak baik bagi organisasi, enggak baik bagi saya sendiri. Organisasi butuh penyegaran, perlu ada pimpinan baru,” kata Kapolri.
“Saya katakan, jadi Kapolri penuh dengan kehidupan yang stressfull, banyak persoalan. Saya pikir pada waktunya saya enggak selesai 2022, kemungkinan ada waktu yang saya anggap tepat, mungkin akan pensiun dini,” tambah jenderal polisi jebolan Akpol 87′ itu.
Laporan: Fadlan Syam Butho
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid