Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Inas Nasrullah meminta dengan tegas agar PT Pertamina (Persero) menolak atau tidak menerima Cargo minyak yang diduga oplosan dengan komposisi 30% Sarir dan 70% Mesla dari kontraktor Glencore.
Namun jika Pertamina menerima Cargo tersebut dan kemudian diketahui kebenaran komposisi oplosan dari jenis minyak tersebut tidak sesuai pesanan, maka tidak salah apabila dia menaruh kecurigaan terjadinya tindakan penyimpangan dari transaksi itu.
“Pertamina harus menolak Cargo tersebut, apabila tetap dibongkar berarti ada permainan. Glencore pada bulan September ini dapat 5 cargo, Saya menduga bahwa yang memback up Glencore adalah Ari Soemarno,” kata Anggota Dewan yang terhitung vokal di Komisi VII itu kepada Aktual.com, Kamis (15/9)
Berdasarkan Informasi yang didapat Aktual.com, telah terjadi skandal tender yang dilaksanakan Pertamina pada bulan Juli 2016 untuk memutuskan membeli crude oplosan mirip kasus Zatapi. Pembelian dilakukan kepada Glencore, seluruhnya akan datang pada bulan september ini, dengan perincian pada tanggal 13-14 September di Balikpapan dengan kapal MT Tataki, pada tanggal 16-17 September kapal dilaporkan akan datang dengan tujuan Dumai menggunakan MT Stavenger Blossom.
Untuk cargo Sarir/Mesla yang disepakati dibeli oleh Pertamina untuk Spot bulan September ini, telah disepakati dengan perbandingan 70% Sarir dan 30% Mesla. Tapi pada kenyataannya, menurut sumber, Glencore mencampurkan 30% Sarir dan 70% Mesla, kebalikan dari yang sudah disepakati oleh Pertamina.
Tentu saja campuran minyak tersebut akan menjadi lebih “ringan”, sedangkan Pertamina lebih memerlukan minyak berat untuk menghasilkan profit margin yang lebih besar bagi Kilang Pertamina. Bila campuran minyak mentah yang ringan tersebut tetap diproses oleh Pertamina, maka akan didapat kerugian mencapai lebih dari USD10 per barrel.
Informasi menyebutkan bahwa oplosan ini adalah cara untuk mengambil keuntungan yang lebih besar. Pihak lain menyebutkan bahwa minyak Sarir berjumlah sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh satu atau dua perusahaan saja, sehingga minyak ini digunakan sebagai alat untuk dapat memenangi tender karena tidak mempunyai saingan dalam tender.
Sejauh ini Aktual.com telah menghubungi Vice President ISC Pertamina, Daniel Purba, namun dia mengambil sikap bungkam dan tidak bersedia memberikan keterangan kepada Aktual.com tentang kebenaran adanya praktek oplosan dalam pembelian minyak tersebut.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan