Jakarta, Aktua.com – Anggota Komisi III DPR RI Wihadi Wiyanto mempertanyakan dimana peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 terkait ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu malam (24/5) lalu.
“BNPT seharusnya sudah bisa mendeteksi. Saya pertanyakan disini Ketua BNPT yang baru, mana progressnya, apa kerjanya kok selama ini diam-diam saja,” tegasnya disela kunjungan spesifik Komisi III DPR RI ke Kalimantan Selatan baru-baru ini.
“Tidak ada suatu hal yang dilakukan, mana program-programnya. Sementara BNPT itu mitra kita juga. Kita tidak melihat peran yang berarti dari BNPT,” sambung Wihadi.
Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad menyatakan, tidak ada satu agama pun yang membolehkan persoalan terorisme. Ia mengecam hal tersebut.
Daeng tidak mempersoalkan cepatnya reaksi dari kepolisian, tapi mempertanyakan bagaimana upaya kepolisian dalam mencegah kasus radikalisme di Indoneia.
“Bukan persoalan bagaimana cepatnya reaksi kepolisian, bukan juga persoalan responsibilty kepolisian terhadap kasus kasus terorisme, tapi bagaimana upaya pencegahan terhadap kasus-kasus radikalisme di republik ini,” jelasnya.
Menurutnya, radikalisme itu muncul karena ketidakpuasan. Tujuan terorisme adalah instabilitas ketakutan yang menginginkan negara ini akhirnya terpecah karena persoalan-persoalam seperti itu.
“Bagaimana respon terhadap pola pencegahan, pendekatan-pendekatan apa yang digunakan, secara spiritualismekah, kebudayaankah. Sehingga mereka mampu memahami bagaimana polarisasi bernegara yang tidak perlu lagi dengan pola-pola seperti terorisme,” ucapnya.
Artikel ini ditulis oleh: