Untuk itu, ia mengingatkan pemerintah bahwa melemahnya nilai tukar rupiah bukan hanya dipengaruhi faktor eksternal.
“Iya internal jadi evaluasi juga. Bukan karena eksternal lalu kita diam diri enggak berbuat apa-apa. Walaupun beberapa negara juga ada koreksi terhadap mata uangnya,” kata Wilgo.
Menurut dia, terkait faktor internal pemerintah juga harus mengatur schedule pembayaran hutang luar negeri yang jatuh tempo pada akhir tahun yang nilainya cukup signifikan. “Ini pemerintah harus atur supaya ketika jatuh tempo kita enggak kembali mengalami tekanan,” tambahnya.
Sementara, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah, yang sempat menembus level Rp13.500 per dolar AS, banyak dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan sifatnya sementara.
“Kemarin pelemahan Rp13.542 per dolar AS dalam banyak hal itu karena negara-negara di dunia secara umum mengalami mata uang yang melemah terhadap dolar AS,” ujar Agus saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI membahas postur sementara RAPBN 2018 di Jakarta, Rabu, (4/9).
Agus menuturkan penguatan dolar AS terjadi seiring dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sudah menyampaikan lebih jauh rencana reformasi pajak di Negeri Paman Sam tersebut dan kemungkinan besar mendapatkan dukungan dari parlemen.
“The Fed juga menegaskan, kemungkinan peningkatan Fed Fund Rate di Desember semakin kuat, sebelumnya pesannya tidak terlalu kuat,” kata Agus.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby