Jakarta Aktual.com – Pemerintah selama ini bangga dengan kenaikan setoran dividen di 2018 yang akan naik. Tapi sayangnya, dengan kenaikan itu pemerintah dalam hal ini Menteri BUMN juga minta agar Penyertaan Modal Negara (PMN) juga ditambah. Kondisi itu dianggap kebijakan Kementerian BUMN itu sama saja dengan membebani keuangan negara yang maaih mengalami defisit.
“Kami menerima surat dari Kementerian BUMN pada 25 Agustus 2017 lalu ada usulan tambahan PMN, juga adanya target setoran dividen 2018. Ini yang harus dijelaskan pemerintah. Kita minta dividen naik, kok PMN juga naik,” kata Ketua Komisi VI DPR Teguh Juwarno, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (30/8).
Menurut Teguh, dalam RAPBN 2018 tercatat target dividen BUMN di 2018 sebesar Rp43,6 triliun atau naik 6,6% jika dibandingkan dengan target dividen dalam APBNP 2017 yang sekitar Rp 41 triliun.
Namun sayangnya sampai saat ini Menteri BUMN Rini Soemarno masih belum juga bisa datang ke SPR. Sehingga yang menjelaskan selalu diwakili oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Jadi pemerintah harus bisa menjelaskan target setoran dividen dan minta PMN. Sementara kondisi keuangan BUMN sendiri bagaimana terkait laba dan ekuitasnya,” kata dia.
Menurut Sri Mulyani, selama semester pertama tahun ini perusahaan-perusahaan BUMN telah mencatatkan pendapatan sebanyak Rp 936 triliun. Sementara total laba bersih yang diperoleh seluruh perusahaan pelat merah selama periode itu sebesar Rp 87 triliun.
Sri Mulyani mengatakan, BUMN juga berkontribusi dengan menyetorkan pajak maupun dividen sepanjang semester pertama 2017 ke APBN sebesar Rp 129 triliun. Rinciannya, setoran pajak Rp 97 triliun dan dividen sebesar Rp 32 triliun.
“Jadi BUMN itu tidak hanya untuk menyetorkan pajak dan dividen kepada negara, tapi misinya untuk berkontribusi ke masyarakat,” klaim dia.
Adapun total ekuitas BUMN sepanjang semester pertama 2017 tercatat mencapai Rp 2.297 triliun atau tumbuh Rp 220 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara total aset yang dimiliki BUMN sepanjang semester pertama 2017 mencapai Rp 6.694 triliun. Jumlah itu meningkat Rp 700 triliun dari Rp 5.987 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
(Reporter: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka