Jakarta, Aktual.co — Ketua Komisi VI DPR, Achmad Hafidz Tohir sudah menduga kerjasama yang dijalan pemerintah Indonesia dengan perusahaan minyak Beijing, Cina, yang ada di Angola, Sonangol terkait impor bahan bakar minyak (BBM) akan bermasalah.
Terlebih, soal adanya diskon yang diberikan oleh Sonangol USD 15/bbl dari Market Price, seperti yang disampaikan oleh Surya Paloh, Rini Soemarno dan Sudirman Said.
“Pertama USD 15/bbl, kemudian jadi USD6/bbl, dan hari ini nol (tidak ada diskon) itu lah bisnis dengan baijing begitu,” sindir Hafist ketika ditanyakan, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (28/11).
Ia mengatakan, hal serupa sering terjadi ketika berbisnis dengan perusahaan dari Cina. Ungkap dia, salah satunya dirasakan oleh Hatta Rajasa ingin membangun rel ganda kereta api Kroya-Yogyakarta, saat menjabat sebagai Menteri Perhubungan.
“Dulu pak Hatta pernah mau dibohongin sama Beijing waktu bangun rel kereta api kroya, USD 350 juta lalu dia (Cina) ngomong hanya USD 200 juta, dibatalin langsung oleh pak Hatta,” pungkasnya.
Sementara itu, Grup Sonangol adalah kongsi lama Surya Paloh. Sonangol ini dikuasai oleh oleh konglomerasi China yang diketahui bernama Sam Pa. Sam Pa dianggap media-media Barat sebagai pemilik CIF. Di Angola, tangannya melalui China Sonangol. Dan Sam Pa ini memiliki koneksi sangat kuat dengan para kepala negara di Afrika dan Amerika Latin.
Untuk diketahui, pembelian dan kerjasama Minyak Impor Asal Senangol yang diberitakan dan disampaikan ke publik oleh Surya Paloh dan Rini Soemarno, Sudirman Said, bahwa Indonesia dalam hal ini Pertamania akan mendapatkan harga lebih murah dengan diskon USD 15/bbl dari Market Price.
Akan tetapi, hal berbeda terliat dari respons teknis oleh Senangol Asia per tanggal 20 November 2014 , menjawab surat Pertamina, per tanggal 18 November 2014 mengenai “Counter To The Proposed Contractual Volume 2015” dimana Senangol secara tegas menjawab permintaan Pertamina mengenai diskon USD 15 /bbl tidak dapat diberikan dan masih mengacu ke ke normal-market price.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang