Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso berbincang dengan anggota Komisi I usai rapat kerja tertutup dengan Komisi I di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (29/2/2016). Rapat kerja tersebut membahas program kerja BIN tahun 2016 dan isu-isu terkini.

Jakarta, Aktual.com – Masih banyaknya aksi teror yang terjadi di Indonesia dinilai karena minimnya kinerja kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso. Pasalnya, beberapa waktu lalu aksi bom di Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah menunjukkan KaBIN telah kecolongan dalam mengantisipasi aksi terorisme.

“Seluruh anggota Komisi I mengharapkan BIN mampu mempertajam‎ kemampuannya, sehingga mampu mengantisipasi seluruh teror yang akan terjadi. Ketika masih ada teror terjadi, kejahatan terjadi, berarti intelijen masih belum bisa maksimal,” ujar Ketua Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari di Jakarta, Jumat (15/7).

‎Kinerja intelijen, lanjutnya, bisa dikatakan sukses apabila mampu menggagalkan seluruh rencana terorisme. Artinya, kalau masih ada yang kecolongan dengan aksi teror itu perlu meningkatkan kewaspadaan lagi.

“Kalau kejahatan itu tidak terjadi mampu diantisipasi oleh intelijen, itu baru intelijen sukses. Kalau masih terjadi berarti intelijen masih gagal,” ujarnya.

Belakangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkat Gories Mere mantan Kepala BNN sebagai Staf Khusus Presiden bidang intelijen sehingga memperkuat kalau kinerja Sutiyoso dipertanyakan dalam bidang intelijen di negara ini.

“Menurut saya, seluruh lembaga intelijen Indonesia itu dikoordinasikan oleh BIN, BIN pun dipimpin oleh seorang Kepala BIN dalam hal ini Pak Sutiyoso. Mestinya Presiden gampang tinggal panggil Kepala BIN kalau untuk urusan intelijen, tidak perlu lah dibentuk orang atau untuk menangani ini,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka