Jakarta, Aktual.com — Dikabarkan sebanyak 220 Jama’ah Haji tewas akibat terinjak-injak saat melempar Jumroh di Mina. Sementara yang mengalami luka-luka mencapai 400 orang.

Ketua Komisi VIII Saleh Partaonan Daulay menyebutkan, sejauh ini mengenai jumlah jamaah haji Indonesia yang menjadi korban belum bisa dikonfirmasi. Semua korban biasanya langsung diurus oleh otoritas haji Saudi. Karena itu, pihak PPHI sedang berusaha menghubungi otoritas Saudi untuk melakukan proses identifikasi.

“Kalau ada kejadian seperti ini, biasanya pemerintah Saudi terlebih dahulu melakukan proses identifikasi sendiri. Misi-misi haji dari berbagai negara tidak bisa langsung mengambil tindakan. Semua menunggu koordinasi otoritas haji saudi,” ujar Saleh saat dihubungi di Jakarta, Kamis (24/9).

Saleh menilai ini bukanlah ‘over capacity’. Sebab, tahun lalu jumlah jamaah yang menunaikan ibadah haji sama dengan tahun ini. Bahkan, kata Saleh, 4 tahun lalu, jumlah jamaah lebih besar dengan kuota penuh setiap negara. Namun, kejadian seperti ini tidak terjadi.

“Sekarang, setiap negara kan kuotanya dikurangi 20 persen. Secara logis, ini bukan over capacity. Ada faktor lain yang masih kita gali informasinya,” jelasnya

Politisi PAN ini menduga, jamaah haji berdesak-desakan untuk segera melakukan pelontaran jumroh Aqabah untuk menghindari panas matahari pada siang dan sore hari. Karena jumlahnya yang begitu banyak, lanjutnya, terjadi saling berdesakan antara satu dengan yang lain.

“Ini mungkin yang mengakibatkan para jamaah panik dan saling dorong,”

“Pada waktu wukuf kemarin, cuaca memang sangat panas. Di atas 50-55 derajat celcius. Tentu cuaca ekstream seperti diupayakan untuk dihindari. Mungkin, banyak jamaah yang berusaha melontar jumroh pada pagi hari,” kata Saleh

Saleh menambahkan, sekitar pukul 15.00 waktu Saudi kemarin, tim pengawas DPR mendatangi pusat pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arafah.

“Pada waktu kami di sana, sudah ada 12 orang yang meninggal dunia. Sebelumnya, ada satu orang jamaah asal Bojonegoro yang telah dibawa meninggalkan Arafah. Sementara yang sakit dan tidak sadar, ada 73 orang,”

“Rata-rata yang meninggal dan dirawat pada waktu wukuf itu adalah jamaah lansia dan risti (resiko tinggi). Sebagian di antaranya ada yang dehidrasi dan kehilangan kesadaran. Cuaca di sini memang ekstrem dan sulit diprediksi,” tandasnya

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby