Jakarta, Aktual.co — Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengungkapkan keluhan PT Pertamina mengalami kerugian mencapai USD212 juta atau sekitar Rp2,7 triliun lantaran telah terjadi inefisiensi di tubuh perusahaan plat merah tersebut.

Inefisiensi terjadi baik dalam tata kelola industri hulu, maupun pada sisi hilir yang belum selesai dengan transparansinya.

“Setidaknya ada tujuh kelemahan Pertamina sehingga terjadi inefisiensi, yakni, pertama birokrasi yang tinggi, kedua strategi human capital yang kurang optimal,” ujar Ketua Komisi VI DPR RI, Hafizs Tohir kepada wartawan melalu pesan singkatnya, di Jakarta, Jumat (10/4).

Dirinya melanjutkan, ketiga Jumlah refinery terbatas, lalu Pertamina tidak lagi menjadi regulator, dan sistem sentralisasi membuat pengambilan keputusan menjadi lambat.

“Keenam, terbatasnya retained earnings, sehingga akumulasi modal menjadi kecil. Terakhir, teknologi yang digunakan masih relatif kuno,” jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina mengalami USD700 juta target yang tercecer sampai bulan Maret dengan kerugian USD212 juta hingga bulan Februari 2015. Menurutnya, pertamina akan merugi USD1 miliar (Rp13 Triliun kurs Rp13.000) hingga akhir tahun jika tidak merubah perhitungan dengan cara yang efisien.

“Ada kerugian USD212 juta. Kalau kita hitung target keuntungan Pertamina per bulan Maret itu USD500 juta. Artinya ada target yang terececer USD700 juta,” ujarnya.

Pertamina sudah seharusnya fokus pada bisnis inti, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan core bisnisnya.

“Pertamina yang besar dan tambun tidak mampu meraih keuntungan. Pertamina harus fokus kepada cor businessnya, jangan mengurusi tetek bengek yang tidak terkait kepada bisnis inti,” tambah dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Eka