Menurut Misbakhun, Indonesia tidak dapat membandingkan utang negara Indonesia dengan Jepang atau negara maju lainnya. “Masih ada risiko sangat besar meskipun porsi SUN (surat utang negara) yang dimiliki oleh investor dalam negeri sebesar 62 persen. Pasalnya, utang negara hanya dibandingkan oleh Menteri Keuangan dengan negara-negara G20,” katanya.
Misbakhun mempertanyakan, kenapa parameternya hanya PDB, padahal aset negara dan cadangan devisa dengan negara-negara tersebut berbeda. Jepang dan Amerika, kata dia, tidak bicara lagi mengenai PDB, tapi Gross National Product (GNP).
“Barulah kita berbicara mengenai quality pembangunan ekonomi. Jadi pembandingannya tidak sesuai,” kata Misbakhun.
Politisi Partai Golkar ini mengingatkan, meskipun Indonesia sudah memiliki “investment grade” dari lembaga pemeringkat internasional, bukan berarti membuat ekonomi dan utang negara menjadi baik.
Mengenai “investment grade”, menurut Misbakhun, walaupun Indonesia mau memberikan yield yang tinggi, tapi masih dipandang oleh para pemegang SUN dalam posisi tawar yang lebih lemah. Misbakhun juga mengingatkan Menteri Keuangan, pada sisa masa pemerintahan saat ini, agar lebih hati-hati dan produktif dalam mengelola utang negara.
Ant
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu