Jakarta, Aktual.com — Drone yang diciptakan Yulian Paonganan alias Ongen pesanan Kementerian Pertahanan kini telah dalam proses akhir. Dalam waktu dekan Drone tersebut akan segera diserahkan.

Menurut staf Yulian Paonganan Adhitya Anantaka, Drone yang diciptakan tersebut untuk perbatasan dan Natuna sedang proses finishing.

“Sudah 95 persen pengerjaan, sebentar lagi kami akan serahkan ke Kemhan,” ujar Adhitya kepada wartawan, Senin (28/3).

Sebelum diserahkan lanjut dia, pihaknya akan melakukan uji sistem internal terlebih dahulu untuk memastikan Drone yang akan diserahkan sempurna.

“Uji sistem internal kami lakukan, sehingga pada saat uji sistem yang dilakukan oleh pihak Kemhan bisa berjalan maksimal.”

Ditanya mengenai koordinasi dengan Ongen yang kini berada di tahanan diduga karena melanggar UU Pornografi dan UU ITE, Adhit mengatakan koordinasi tetap dilakukan. Berbagai arahan diberikan Pak Ongen kepada tim disaat jam besuk.

“Pada saat hari besuk kita hadir untuk mendapat arhan. Ini dilakukan terus agar proses produksi bisa sempurna. Dia tetap bertangungjawab, karena hasilnya ini agar bisa menjadi kebanggan untuk bangsa Indonesia.”

Dari 3 unit Drone yang menjadi pesanan Kemhan, Adhit menjelaskan hampir semuanya sudah dalam proses finishing. “Untuk Perbatasan dan Natuna hampir bisa dipastikan sudah proses akhir. Doakan semunya berjalan maksimal.”

Diketahui, Drone yang diciptakan oleh Ongen setelah melakukan riset selama hampir 2,5 tahun ini memiliki spesifikasi yang terbilang canggih. Selain bisa terbang dan mendarat di air, Drone ini memiliki daya jelajah yang cukup luas.

Adhit melanjutkan, drone buatan Ongen yang bakal digunakan untuk pengawasan perbatasan darat memiliki dimensi wing spans (bentang sayap) 4,2 meter, sedangkan drone yang bakal dipakai untuk kawasan ZEE Natuna ukurannya lebih besar, yakni memiliki wing spans 6,4 meter.

“Setiap unit terdiri atas satu mobile GCS (Ground Control Station) dan dua set pesawat. Mobile GCS untuk drone perbatasan berupa truck box yang dilengkapi perangkat system control monitor, sedangkan mobile GCS untuk drone pengawasan ZEE Natuna berupa kapal karena akan lebih banyak di operasikan di laut,” urai Adhitya.

Mengenai kemampuan drone, Adhitya menjelaskan, drone OS-Wifanusa, nama drone buatan Ongen, memiliki kemampuan terbang hingga mencapai 8-10 jam nonstop dengan jarak tempuh mencapai 1.000 kilometer.

“Drone ini juga dilengkapi kamera sistem canggih dan autonomous sistem tercanggih saat ini yang merupakan buatan Kanada.”

Melalui Indonesia Martim Institute, Ongen melakukan riset tersebut dan telah membuat pesawat flyingboat prototipe skala 1:3 yang berhasil terbang sempurna.

Kini, selain mengerjakan drone pesanan Kemenhan, Ongen juga tetap merampungkan prototipe skala 1:1 yang nantinya bisa diawaki empat orang. “Untuk drone itu, sudah lulus uji sertifikasi dari litbang TNI AL dan sertifikat TKDN 28.01 persen dari Kemenperin.”

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu