Medan, Aktual.com – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatra Utara (BBKSDA Sumut) Resort Kuala Namu International Airport (KNIA), menerima dua ekor orangutan Sumatra (Pongo abelii) dari Malaysia, Selasa (20/10).

Orangutan tersebut tiba di KNIA pukul 09.00, lalu dibawa ke Terminal Cargo dan kemudian dipindahkan ke Cargo I, dan setelahnya dibawa ke Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin milik Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) untuk menjalani rehabilitasi dan reintroduksi.

Kepala BBKSDA Sumut Resort KNIA, Sugeng Purwono menjelaskan, pengembalian orangutan dari Malaysia ini merupakan yang pertama kali. Pihaknya bekerja sama dengan SOCP untuk penanganan lanjutan merehabilitasi dan reintroduksi (pengenalan ulang) ke habitatnya di Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin yang saat ini terdapat 49 ekor orangutan.

“Iya, dua orangutan ini kita terima, setelah ini akan dibawa ke Batu Mbelin, di sana dirawat dulu,” ujar Sugeng.

Dokter hewan senior (senior veteriner) SOCP, Yenni Saraswati mengatakan, sepasang orangutan yang masih berumur satu tahun ini merupakan hasil penyelundupan yang dilakukan oleh dua orang warga negara Indonesia dan dua warga negara Malaysia. Keempatnya ditangkap Polisi Diraja Malaysia di Pelabuhan Selangor, Malaysia pada bulan Juli 2015.

Dikatakannya, pihaknya belum melakukan pengecekan terhadap kesehatan orangutan itu. Namun, berdasarkan keterangan dari dokter hewan di Malaysia, kedua orangutan itu dalam keadaan sehat.

“Kita akan lakukan pengembalian ke habitat, tapi sebelumnya akan dibawa ke karantina untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan, fisik. Kemudian kita akan lakukan reinstroduksi di mana kita akan kenalkan dengan orangutan lainnya,” katanya.

Menurut ia, saat ini belum melakukan banyak intervensi atau kontak fisik dengan kedua orangutan itu. Pasalnya kontak langsung akan sangat tidak baik bagi perkembangan orangutan.

Yenni juga menjelaskan, primata adalah penyebar penyakit yang sangat rawan, terutama orangutan di mana DNA orangutan 90 persen menyerupai manusia. “Jadi yang sangat kita hindari adalah penyakit tuber colusis (TBC) dan hepatitis,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh: