Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) seusai memberikan keterangan pers di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11). Keduanya melakukan pertemuan membahas sejumlah masalah kebangsaan serta terus meneguhkan komitmen menjaga keutuhan NKRI dan "Bhinneka Tunggal Ika" berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/kye/16.

Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bukan sekedar pertemuan haha hihi. Apalagi pertemuan sampai digelar hingga dua kali dalam waktu yang tidak lama.

Padahal, kedua tokoh tersebut posisinya berbeda. Dimana Prabowo sejak awal pemerintahan Ahok menegasikan partainya berada diluar pemerintahan. Dan, itu terus dilakukan secara konsisten meski barisan partai oposisi satu per satu mengalah kalah dan bertekuk lutut ke pemerintah.

“Pertemuan Jokowi-Prabowo itu pasti macem-macem perbincangannya. Kalau sampai dua kali berarti ada hal strategis yang dibahas,” terang Hendri saat dihubungi Aktual.com, Senin (21/11).

“Bisa jadi terkait dengan apa akan terjadi, misalnya demo 212, misalnya Pilkada Jakarta. Ini jadi menarik, pemilihan Jokowi ke Prabowo pas-lah itu. Karena menurut saya yang paling kecil tidak menimbulkan polemik ya Prabowo,” sambungnya.

Disampaikan, ada beberapa opsi yang sebenarnya bisa diambil Jokowi dalam melakukan komunikasi dengan elit politik saat ini. Nah, pemilihan untuk bertemu dengan Prabowo sebagai langkah yang strategis dan pas.

Sebab jika bertemu dengan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, publik sebagaimana penilaian sebelumnya akan kembali mengecap jika Presiden tidak lebih posisinya sebagai petugas partai.

Pada sisi ini, lanjut Hendri, publik juga akan melihatnya sebagai bentuk konsolidasi untuk menyelamatkan calon petahanan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari kasus dugaan penistaan agama. Publik tidak akan jauh melihatnya dari rencana intervensi ke aparat penegak hukum agar Ahok selamat.

Lalu misalnya mengadakan pertemuan dengan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dikhawatirkan Mega akan marah. Sudah menjadi rahasia umum, karena hubungan SBY dengan Mega hingga kini belum juga cair.

“Kalau bertemu SBY nanti Mega marah, Kalau bertemu Mega duluan nanti keluar bahwa Jokowi tidak lebih sebagai petugas partai,” jelas Hendri.

Jadi apa sebenarnya isu strategis yang dibahas Jokowi dengan Prabowo?

“Bisa jadi ada beberapa opsi terkait situasi politik saat ini, tetapi saya meyakini Pak Prabowo tidak akan mau jika misalnya diajak untuk intervensi kasus Ahok,” demikian Hendri.

Soemitro

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan