Jakarta, Aktual.com – Direktur Centre For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mengatakan, tingginya harga air di Jakarta, ternyata bukan PAM Jaya saja yang meraup keuntungan besar.

Dua operator air bersih milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti PT. Palyja dan PT. Aetra sebagai mitra kerjasama PAM Jaya dalam bentuk kerjasama KSO (Kerja sama operasional), juga meraup keuntungan yang luar biasa.

Menurut Uchok hal itu bisa diihat dari laporan keuangan PAM Jaya tahun 2014, dan pendapatan perusahaan sebesar Rp2.5 Triliun. dimana, pendapatan PAM Jaya sebesar Rp2.5 Triliun harus diberikan kepada PT. Palyja sebesar Rp1.2 Triliun, dan PT. Aetra sebesar Rp1 Triliun.

“Jadi, kedua perusahaan ini (PT. Palyja dan PT. Aetra) sebagai mitra kerja PAM Jaya ini sebagai perusahaan “Drakula” yang menjadikan tarif rata rata penjualan air, mahalnya selangit,” kata Uchok saat berbincang dengan aktual.com di Jakarta, Jumat (6/11).

Lebih lanjut dibeberkan Uchok, besarnya keuntungan penjualan air ini, tidak masuk ke kas daerah Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta, tapi masuk ke kas PT. Palyja, dan PT. Aetra. Padahal, pemerintah daerah Jakarta sudah memberikan penyertaan modal pemerintah kepada PAM Jaya sebesar Rp323.3 milyar.

“Tapi semua keuntungan penjualan air dihisap Drakula yang bernama PT. Palyja, dan PT. Aetra yang sampai sekarang, investasi mereka untuk mengembangkan akses air minum untuk rakyat Jakarta, tidak jelas realisasinya,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh: