Jakarta, Aktual.com — Ustad Wahyudin, S.S.I mengatakan dalam khutbah Jumat-nya di Masjid Raya At Taqwa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (29/04), bahwa dalam sejarah umat Islam ada sebuah peristiwa yang sangat monumental. Momentum sejarah tersebut adalah peristiwa yang terjadi sekitar 14 abad Hijriah yang lalu, yaitu peristiwa Isra Miraj.
Pada saat itu Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Al-Quds, lalu dilanjutkan dengan menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, Malaikat, manusia, dan Jin. Semua itu ditempuh dalam sehari semalam. Peristiwa itu sekaligus sebagai mukjizat mengagumkan yang diterima Rasulullah SAW. Hal ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Al Quran,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Isra’ : 1).
Menurut Ustad Wahyudin, sebelum Rasulullah SAW melakukan Isra dan Miraj ada dua peristiwa yang dialami Rasulullah SAW adalah sebagai berikut,
1. Wafatnya dua orang paling disegani dan dikasihi Rasulullah SAW, yakni sang paman Abu Thalib, dan istri tercinta Khadijah. Dengan totalitas yang tak diragukan lagi, keduanya adalah pendukung setia dakwah Rasulullah SAW. Wafatnya kedua pendukung utama ini, merupakan ujian besar bagi perjuangan Rasulullah SAW .
2. Permintaan kafir Quraisy kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan hal-hal yang aneh sebagaimana tercantum di dalam Al Quran,
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا
أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا
أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَىٰ فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّىٰ تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ ۗ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا
Artinya, “Dan mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah, “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rasul ?”.”(Al Israa’ : 90-93).
Masih dari Ustad Wahyudin, keadaan yang duka cita dan penuh dengan rintangan yang sangat berat itu, menambah perasaan Rasulullah SAW semakin berat dalam mengemban risalah Ilahi. Lalu Allah SWT ‘menghibur’ Nabi Muhammad dengan memperjalankan Beliau, hingga ke langit dan menemui Allah SWT. Hingga kini, peristiwa ini seringkali diperingati oleh sebagian besar kaum Muslimin dalam peringatan Isra Miraj.
Pada dasarnya peringatan tersebut hanyalah untuk memotivasi dan penyemangat, bukan dalam rangka beribadah (ibadah dalam artian ibadah ritual khusus). Namun sangat disayangkan motivasi dan penyemangat yang semestinya diraih dalam setiap peringatan Isra dan Miraj belum terlihat dan berbekas dalam realita kehidupan kaum Muslimin sekarang.
Bila kita telaah Al Quran maka ada empat ayat yang berkaitan dengan peristiwa Isra dan miraj. Allah SWT berfirman,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Isra’ : 1).
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,”(An Najm : 13-15). Bersambung……
Artikel ini ditulis oleh: