“Kemarau telah meningkatkan konflik suku akibat persaingan untuk memperoleh sumber daya. Konflik ini dieksploitasi oleh anasir anti-pemerintah untuk makin merusak kestabilan berbagai daerah, menghilangkan prospek bagi perdamaian yang langgeng dan membuat lemah perlindungan warga sipil,” kata laporan tersebut.
PBB menyatakan konflik bersenjata merusaka prasarana dan kehidupan, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal, dan menghambat akses ke bantuan kemanusiaan buat masyaraka yang memerlukan.
Laporan itu, yang berjudul “Protection of Civilians: Building the Foundation for Peace, Security and Human Rights in Somalia”, mengatakan konflik secara tidak seimbang telah mempengaruhi anak kecil.
Menurut PBB, 3.335 kasus perekrutan anak dilaporkan dalam 10 bulan pertama 2017; 71,5 persen dilakukan oleh Ash-Shabaab, 14,6 persen oleh milisi suku, dan 7,4 persen oleh Tentara Nasional Somalia.
Menurut laporan tersebut, peristiwa paling buruk dalam satu hari ialah dua ledakan bom di Mogadishu pada 14 Oktober, yang diduga dilakukan oleh Ash-Shabaab. Sedikitnya 512 orang secara resmi telah dicatat tewas.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara