Jakarta, Aktual.com – Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Natalius Pigai menyatakan, tragedi berdarah lapangan Karel Gobay Paniai yang diduga dilakukan oknum TNI kepada remaja Paniai menjadi memori kelam bangsa Papua Melanesia.
Sejarah kelam lainnya terkait rakyat Papua yang ditangkap, dianiaya, disiksa dan dibunuh hanya dalam 2 tahun kepemimpinan Joko Widodo.
“Sikap Jokowi yang membisu diatas jeritan kemanusiaan rakyat Papua telah menjauhkan orang Papua dari rasa nasionalisme dan sukses memantapkan labilitas integrasi politik papua,” ujar Pigai kepada wartawan, Kamis (8/12).
Menurut Pigai, apabila kasus Paniai ditanya dunia Internasional maka yang menutupinya adalah pemerintah. Begitu halnya apabila ada oknum-oknum termasuk orang Komnas HAM yang memaksa dilakukannya penyelidikan, maka dipastikan pekerjaan penyelidikan itu beraroma politik bukan murni hak asasi manusia.
“Kami ini sebagai pekerja Kemanusiaan, dan bukan orang politik. Kami empati pada korban dan rakyat kecil dengan kebenaran dan keadilan bukan hanya menyenangkan rakyat tapi secara substansial pada akhirnya tidak mendapat keadilan.”
Tragedi Paniai diketahui terjadi di lapangan Karel Gobay, Enarotali, Ibu Kota Kabupaten Paniai, 8 Desember 2014. Dimana letusan senjata diiringi jatuhnya puluhan korban tertembus peluru. Ada 18 warga sipil terluka dan 4 siswa SMA serta seorang petani meninggal.
Keempat pelajar yang tewas itu masing-masing Alpius Youw 17 tahun siswa SMA YPPK Epouto, Yulian Yeimo 17 tahun siswa SMA YPPGI Enarotali, Simon Degei 18 tahun siswa SMA Negeri 1 Enarotali dan Alpius Gobai 17 tahun siswa SMA Negeri 1 Enarotali. Satu petani dari Enarotali yakni Abia Gobai 28 tahun.
Desakan penuntasan kasus Paniai terus disuarakan berbagai pihak. Baik Papua hingga Jakarta dari aktivis dan peduli HAM. Akan tetapi hingga kini tragedi lapangan Karel Gobay tak kunjung terungkap, siapa pemilik peluru siluman yang membunuh warga Papua.
Laporan: Soemitro
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu