Wakil Ketua Umum Partai Hanura, Marsekal Madya (Purn) Daryatmo ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum yang menggantikan Oesman Sapta Odang. (ilustrasi/aktual.com)

Padang, Aktual,com – Perebutan tampuk pimpinan dalam Partai Hanura, antara kubu Oesman Sapta Odang (OSO) dengan kubu Daryatmo dan Sarifuddin Sudding, tak kunjung usai sejak terekspos pada Januari lalu.

Hal ini membuat para kader itu kebingungan dan khawatir, khususnya terkait pendaftaran bakal Calon Legislatif (Bacaleg) yang telah dibuka sejak 4 Juli 2018. Bahkan tidak sedikit kader yang pindah ke partai lain karena konflik berkepanjangan ini.

Seorang kader Hanura di Padang, Sumatera Barat, Marlis pun mengakui jika dirinya dan sejumlah kader Hanura lainnya telah melakukan hal tersebut karena ingin maju dalam Pemilu 2019.

“Hal tersebut tidak terjadi di Sumatera Barat saja tapi perpindahan serentak dari Partai Hanura terjadi di seluruh Indonesia termasuk untuk tingkat DPR RI,” kata dia, sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (11/7) malam.

Anggota DPRD Sumatera Barat ini mengatakan, saat ini dirinya sudah memiliki partai baru dan siap untuk maju dalam Pemilu 2019. Untuk saat ini nama partainya masih dirahasiakan.

“Kita tunggu saja saat nanti pendaftaran calon anggota legislatif ke Komisi Pemilihan Umum,” katanya.

Selain itu, Ketua DPD Partai Hanura Kota Padang Fefrizal juga mengaku telah mundur dari jabatan Ketua Partai Hanura Kota Padang dan mendaftarkan diri ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon anggota legislatif dari partai tersebut.

“Saya telah mengumpulkan seluruh Ketua PAC pada Minggu (8/7) dan mengutarakan niat untuk mundur dan maju dengan PKB,” kata dia.

Menurut dia, keputusan ini diambil setelah melakukan diskusi bersama pihak internal dan eksternal partai dan keputusannya bulat pindah ke PKB.

“Saya pindah partai karena tidak menemukan kenyamanan dan memilih maju di sini untuk menjadi anggota DPRD Padang,” katanya.

Seluruh kewajiban untuk Partai Hanura telah terpenuhi dan seluruh dokumen serta kunci kantor telah diserahkan kepada anggota lain.

“Kemungkinan hampir setengah kader partai akan pindah akibat adanya persoalan dualisme partai ini,” ujarnya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan