Jakarta, Aktual.com – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr. menyarankan Indonesia untuk terus menyempurnakan iklim investasi sebagai upaya menarik investor luar negeri.

Saran ini dilontarkannya dalam US-Indonesia Investment Summit 2018 di Jakarta, Kamis (27/9).

“Tetap penting bagi Indonesia untuk terus menyempurnakan iklim investasinya untuk menarik investasi luar negeri dan untuk menciptakan kebijakan yang memperlakukan semua perusahaan secara adil, baik perusahaan dalam maupun luar negeri,” kata Joseph.

Ia mengatakan, keterlibatan dan kemitraan ekonomi antara perusahaan AS dan Indonesia adalah hal penting dalam membangun kesejahteraan Indonesia dan menciptakan kondisi untuk kesuksesan yang keberlanjutan.

Kondisi yang adil dalam berkompetisi akan menguntungkan semua pihak. Amerika Serikat baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakatnya siap mengembangkan hubungan ekonomi dengan Indonesia.

“Kami merasa bersyukur bisa menjadi mitra Indonesia selama 70 tahun terakhir. Kami sangat ingin melanjutkan kerja sama ini untuk menciptakan kondisi yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan bisnis kita untuk meraih kesuksesan yang lebih besar lagi di tahun-tahun yang akan datang,” ujar dia.

Sebelumnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) periode Triwulan II (April-Juni) Tahun 2018 yang mencapai angka sebesar Rp 176,3 triliun, mengalami peningkatan sebesar 3,1 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 (sebesar Rp 170,9 triliun).

Realisasi investasi tersebut menyerap 289.843 Tenaga Kerja Indonesia.

Sedangkan realisasi investasi PMDN dan PMA selama Januari-Juni tahun 2018 mencapai angka Rp 361,6 triliun.

Terlihat kecenderungan terjadinya perlambatan pertumbuhan realisasi investasi menjadi 3,1 persen (triwulan II tahun 2018 dibanding triwulan II tahun 2017), dari sebelumnya 11,8 persen (triwulan I tahun 2018 dibanding triwulan I tahun 2017) dan 12,7 persen (triwulan II tahun 2017 dibanding triwulan II tahun 2016).

Ada beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan realisasi investasi triwulan kedua ini dibandingkan dengan triwulan pertama 2018.

Harus diakui bahwa gejolak kurs rupiah dan perang dagang Amerika Serikat dengan China telah berdampak pada perlambatan laju investasi.

Selain itu, Indonesia juga telah memasuki tahun politik yang akan berlanjut sampai tahun depan.

“Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, investasi kelihatannya cenderung melambat dan para investor bersikap wait and see,” ujar Thomas Lembong.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan