Musi Banyuasin , Aktual.Com – Keberhasilan pemberdayaan Sawit swadaya di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) tidak hanya menjadi perhatian di dalam negeri, tetapi juga dari kalangan elit di luar negeri.
Hal tersebut dibuktikan dengan kunjungan
Duta Besar (Dubes) Norwegia Rut Kruger Giverin yang mendatangi langsung kebun BMP Petani Swadaya Desa Mendis Jaya kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumatera Selatan, Rabu (24/11).
Kedatangan Dubes Norwegia ini, disambut langsung Plt Bupati Beni Hernedi. Yang menyempatkan diri berdialog dengan para petani di Mendis Jaya. Beliau juga menyoroti program masyarakat Sejahtera Alam Terjaga (SETARA) yang telah berjalan untuk petani swadaya di Muba.
“Kami memiliki berbagai program untuk mendukung upaya-upaya keberlanjutan perkebunan kelapa sawit, keluh kesah yang disampaikan petani sawit hari ini adalah salah satu hal yang sangat menarik dan ingin kami pahami,” ujar Duta Besar Norwegia Rut Kruger Giverin.
Dari kunjungan ini, ia mendapat pelajaran yang sangat berharga dan menjadi bahan untuk dapat diceritakannya jika bertemu dengan pejabat pemerintahan khususnya terkait aspirasi petani.
“Untuk pendanaan pemeliharaan perkebunan sawit masyarakat, sebenarnya pemerintah kami memiliki dana untuk petani mikro, dan akan kami pelajari apakah itu bisa di akses petani kecil,” tuturnya
Plt Bupati Muba Beni Hernedi dalam sambutannya mengatakan sangat antusias menyambut kunjungan Dubes Norwegia ke kelompok kelapa sawit yang menerapkan Best Management Praktis (BMP) yang merupakan bantuan dari Dubes Norwegia melalui Global Yield Gap Atlas (GYGA).
“Kedatangan Ibu Kedubes Norwegia ini wajib kita syukuri, menyambut nya dengan luar biasa, dan semangat. Bagi kita menunjukkan peran kita, mereka ingin melihat bagaimana praktek kelapa sawit yang ada di bawah, apa lagi kelompok kepala sawit di Mendis Jaya menjadi percontohan dalam peningkatan hasil produktivitas tandan buah segar,” kata Beni.
Beni juga mengatakan Pemkab Muba sudah melakukan banyak hal dan berkomitmen dalam keberlanjutan kelapa sawit, terutama terkait peningkatan produktivitas dengan program peremajaan sawit rakyat.
“Karena banyak isu sawit yang sudah tua, ada juga kesalahan bibit, makanya ini (replanting) yang terus kita lakukan. Kita ingin petani hasil yang baik, dan maksimal,” bebernya.
Koordinator Field Trials GYGA Hendra Sugianto mengungkapkan pendampingan yang dilakukan pihaknya telah dimulai sejak Oktober 2019, dan sudah masuk ke tahun ketiga. Di tahun pertama penelitian kepada kebun sawit produktivitas meningkat 24%, atau 2,9 ton pertahun per hektar. Tahun ke dua meningkat lagi sebesar 63%, atau 9,3 ton TBS per tahun per hektare.
“Kita harapkan petani disini menjadi contoh sehinga produksi sawit di mendis tidak di pandang sebelah mata,” tandasnya.
Sementara Ketua Petani BMP Mendis Jaya Simono mengucapkan terima kasih kepada pihak GYGA yang telah melakukan pendampingan dalam mengolah perkebunan sawit yang benar.
“Kami sangat terbantu sekali dengan pendampingan ini, sehingga penghasilan kami meningkat,” ucapnya.
Adapun beberapa aspirasi dari petani sawit di Mendis Jaya diantaranya, disampaikan oleh Novi Dirinya berharap tidak hanya dilakukan pendampingan tapi juga dibantu pengadaan pupuk.
Kemudian Surianto, salah satu petani lainnya meminta arahan terkait pengajuan replanting kebun kelapa sawit, dan Wiwin juga meminta arahan mengenai ketidaktahuan masyarakat tentang penggarapan kawasan hutan untuk perkebunan sawit.
Artikel ini ditulis oleh:
Apriansyah