Sejumlah warga muslim di Jakarta melaksanakan Salat Idul Adha di Monumen Perjuangan Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (22/8/2018). Umat Islam memperi gati Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban seperti sapi, kambing, unta, biri-biri, ataupun domba. Orang yang berkurban adalah orang yang ingin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT sekaligus mendekatkan dirinya kepada sesama manusia. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie bersama dosen dan peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia meluncurkan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara dari wilayah Kaukasus, khususnya Azerbaijan.

Dosen dan peneliti dari Universitas Indonesia, yakni Maman S. Mahayana, Ali Akbar, Bastian Zulyeno, Ghilman Assilmi, dan Chaidir Ashari.

“Saya selaku Dubes RI di Azerbaijan, dibantu oleh para dosen dan peneliti dari FIB UI akan mengadakan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia,” kata Duta Besar Husnan kepada Antara melalui layanan pesan singkat yang diterima di Jakarta, Sabtu (10/11).

Duta besar menjelaskan bahwa penelitian tersebut akan menelusuri kesamaan budaya yang ditemukan di Indonesia dan Azerbaijan.

“Adanya kemiripan ‘material culture’ di kedua negara tersebut menunjukkan kemungkinan besar pengaruh Kaukasus dalam proses masuknya Islam ke Nusantara,” ungkap Duta Besar Husnan.

Sementara itu, menurut Bastian yang beberapa waktu lalu sempat melakukan penelitian pendahuluan, ada hubungan antara masyarakat Azerbaijan dan Indonesia yang terlihat dari kesamaan nisan kuno yang ditemukan di kedua negara.

Di Indonesia, nisan kuno tersebut ditemukan di Barus, Sumatera Utara dan Aceh.

“Saya sempat melakukan observasi lapangan di daerah Sundu dan Maraza, Azerbaijan. Nisan kuno yang ada di Barus dan Aceh memiliki bentuk dan karakteristik yang sama dengan yang ada di wilayah tersebut,” jelas Bastian Zulyeno.

Dia menambah kann bahwa dari segi “material culture” atau bahan budaya, nisan-nisan tersebut memiliki inskripsi (ukiran) dan simbol – simbol yang biasa ditulis pada nisan, yang umumnya terdapat pada pemakaman para tokoh sufi dan raja-raja di Azerbaijan.

Selain itu, lokasi pemakaman yang ditemukan di kedua daerah tersebut juga sama-sama berada di atas bukit.

Masyarakat Muslim di Indonesia merupakan mayoritas di negerinya dan juga di dunia, namun sejarah masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara masih menjadi bahan perdebatan.

Sampai kini, belum ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai sejarah awal kedatangan Islam serta asal pembawa ajaran tersebut.

Sejauh ini penjelasan tentang masuknya Islam ke Nusantara atau kepulauan Indonesia dibagi menjadi dua teori.

Teori pertama menyebutkan bahwa penyebaran Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 Masehi, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750 M) ke luar wilayah Jazirah Arab yang kini disebut sebagai Timur Tengah.

Pendukung teori pertama ini antara lain W.P. Groeneveldt, T.W. Arnold, Syed Naquib Al-Attas, J.C. van Leur, Hamka, dan Uka Tjandrasasmita.

Sedangkan teori ke dua mengatakan penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.

Pendukung teori ke dua antara lain C. Snouck Hourgronje, R.A. Kern, J.P. Moquette, dan Haji Agus Salim.

Duta Besar Husnan menambahkan bahwa penelitian ini akan menghasilkan sebuah paradigma baru tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang selama ini masih bias dan didominasi oleh teori Gujarat dan Timur Tengah.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara