Jakarta, Aktual.com – Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia, IKA bersama perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI) dan International Diaspora Global Health Network (IDGHN) menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Harapan Penderita Kanker di Era BPJS,” di Jakarta.
“Ini merupakan ajang para peserta untuk mendapatkan akses informasi tentang berbagai kemudahan dan kendala yang dihadapi penderita kanker dengan pelayanan kesehatan di era BPJS,” ujar ketua umum PPLIPI, Indah Suryadharma Ali di Jakarta, Rabu (28/2).
Pada acara tahun lalu, lanjutnya, ada seribu perempuan Indonesia menyerukan keinginan mereka terkait penyakit kanker. Oleh sebab itu, apa yang dihasilkan dari seminar hari ini akan memberikan solusi yang lebih baik, dibawa ke tingkat yang lebih tinggi seperti pemangku kebijakan, pengambil keputusan dengan harapan pelayanan kesehatan khususnya untuk penderita kanker menjadi lebih baik.
“Memang tidak bisa dipungkiri, kehadiran BPJS dalam penanganan kanker cukup membantu masyarakat. Namun, untuk pelayanan yang maksimal dan lebih baik, membutuhkan waktu dan kesabaran. Kita berharap BPJS membenahi diri dengan memberikan pelayanan maksimal dan tepat waktu, tidak harus tertunda dan menunggu waktu lama,” jelasnya.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa data Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan bahwa posisi pertama dalam pembiayaan terbesar untuk perempuan Indonesia adalah kanker payudara. Keterbatasan BPJS memang menjadi kendala, namun seiring dengan berjalannya waktu, untuk mewujudkan pelayanan yang lebih bagus tentu butuh perjuangan dan kesabaran.
“Selain itu, banyak yang perlu dilakukan untuk memangkas penderita kanker payudara. Salah satunya brain cancer awarnes, perempuan agar datang lebih dini, lebih awal ke pelayanan kesehatan agar tidak berkembang ke stadium yang lebih parah. Sehingga diagnosa dan pengobatan awal bisa dilakukan sejak dini,” jelasnya.
Asisten Deputi Bidang Utilisasi dan Anti Fraud Rujukan BPJS, dr. Elsa Novelia, M.Kes mengatakan, hingga tahun 2017, pembayaran kanker menelan biaya hingga Rp2,8 triliun.
“Pembayaran kanker memakan biaya besar dengan proporsi pembiayaan 17 persen dari biaya JKN. Sementara untuk pembayaran obat-obatannya mencapai 43 persen meski kasus pelayanan kanker hanya 3 persen. Dilihat dari total biayanya mencapai Rp2,49 triliun atau 36,61 persen,” ujar Elsa.
Meskipun kanker membutuhkan dana yang besar, dirinya menekankan bahwa pihaknya tetap fokus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Jaminan komprehensif khusus kanker memakan biaya besar. Satu kunjungan saja membutuhkan dukungan iuran dari 1.325 orang sehat,” pungkas Elsa.
Dalam seminar tersebut, beberapa narasumber yang dihasilkan antara lain Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof dr Hasbullah Thabrany, Direktur Utama RS Pelni Petamburan Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, dan Consultant Breast Surgeon dr Alfiah Amiruddin.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka