Jakarta, Aktual.com — Seorang pria berkewarganegaraan Australia yang dilaporkan bergabung dengan kelompok yang memerangi kelompok milisi bersenjata ISIS di Suriah akan dideportasi dari Jerman, kata Kementerian Luar Negeri, Sabtu (5/12).

Media Australia melaporkan bahwa Ashley Dyball yang ditahan di Jerman setelah melakukan perjalanan ke Eropa untuk libur kerja di kelompok milisi Kurdi yang dikenal dengan YPG.

“Kami menyadari Tuan Dyball ditahan oleh pihak berwenang Jerman di Berlin,” kata juru bicara Departemen Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Australia melalui email.

“Kami memahami pengadilan Jerman telah memerintahkan bahwa Tuan Dyball akan dideportasi ke Australia.” Kementerian tidak memberikan indikasi dari segala tuduhan terhadapnya.

Pejabat Australia semakin khawatir terhadap warganya yang melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok ekstremis seperti IS, sama halnya dengan 110 warga Australia yang baru saja bertempur di wilayah tersebut. Sebanyak 45 orang telah meninggal dunia dalam konflik tersebut.

Canberra telah menetapkan hukum baru untuk memerangi ancaman, dengan menangkal serangan asing terhadap sebagian undang-undang baru antiterorisme yang ditetapkan tahun lalu yang bertujuan menghalangi kelompok pejuang pergi ke luar negeri untuk berperang.

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka hal itu merupakan kejahatan dalam memerangi kelompok militan pada dua pihak berkonflik.

Kementerian Luar Negeri Australia tidak memberikan perincian lebih lanjut dalam kasus Dyball, melebihi pernyataan bahwa dia diberikan bantuan konsuler dan mereka bekerja dengan pihak berwenang Jerman.

“Selama kami menjalankan praktik lama, pemerintah tidak akan mendiskusikan secara spesifik penegakan hukum atau masalah-masalah intelijen,” kata juru bicara perempuan itu.

Keluarga Dyball, yang sebelumnya melakukan perjalanan ke Suriah mencoba membujuk pulang ke rumah, juga mendesak dia kembali ke Australia.

“Ini waktunya bagi kamu untuk kembali ke keluarga Ashley,” kata keluarga dalam pernyataannya kepada Australian Broadcasting Corporation melalui seorang juru bicara.

“Jangan melawan deportasi kembali ke Australia,” katanya menambahkan bahwa masalah tersebut harus diselesaikan di Australia dan “tidak di negara asing”.

“Ini saatnya untuk menjelaskan namamu tidak melakukan kesalahan apa pun,” katanya.

Berbicara dalam acara televisi “60 Minutes” di Suriah awal tahun ini, Dyball mengatakan bahwa dia menjalankan pekerjaan kemanusiaan di Suriah dan pembersihan ranjau darat.

“Kami di sini untuk program bantuan kemanusiaan,” ujarnya.

Dyball bukanlah orang pertama Australia yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk bekerja menghadapi kelompok ISIS.

Reece Harding (23) meninggal di Suriah pada bulan Juni setelah menginjak ranjau darat saat memerangi kelompok militan bersama Kurdi.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan