Direktur Utama PT PLN (Persero) membeberkan tiga langkah strategis perseroan dalam upaya mendukung pengentasan kemiskinan melalui sektor ketenagalistrikan.

Jakarta, Aktual.com – Dalam rangka mendukung pengentasan kemiskinan melalui sektor ketenagalistrikan, Direktur Utama PT PLN (Persero) membeberkan tiga langkah strategis yang telah diambil perseroan.

Langkah-langkah ini telah membawa Direktur Utama PLN meraih penghargaan Green Leadership Utama dan 20 PROPER Emas dalam Anugerah Lingkungan PROPER dan Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Darmawan menyampaikan bahwa PLN telah menginisiasi tiga program utama untuk mendorong ekonomi masyarakat, yaitu melalui co-firing biomassa, pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA), dan peralihan dari energi berbasis fosil ke energi listrik.

“Listrik memiliki peran krusial sebagai penggerak roda ekonomi. Oleh karena itu, listrik yang disediakan oleh PLN diharapkan dapat menjadi pendorong penyelesaian masalah kesenjangan sosial, khususnya pengentasan kemiskinan,” ujar Darmawan dalam sesi talkshow Green Leadership Extraordinary Turnarounds pada Rabu (20/12).

Darmawan menambahkan bahwa melalui tiga strategi tersebut, sektor ketenagalistrikan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan tenaga kerja dan dukungan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal.

Pertama, melalui program co-firing, PLN mendorong terbentuknya ekosistem kerakyatan dengan melibatkan aktif masyarakat dalam penyediaan bahan baku biomassa untuk co-firing.

Hingga saat ini, program biomassa telah diimplementasikan pada 43 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN, menghasilkan penurunan emisi sebesar 1,7 juta ton CO2 dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar lokasi pembangkit.

Sebagai contoh, PLN bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DIY dalam pengembangan Green Economy Village (GEV), yang menerapkan konsep circular economy. Melalui skema ini, lahan yang tidak produktif diubah menjadi lahan produktif dengan penanaman jati, kaliandra, serta indigofera sebagai bahan baku biomassa dan pakan ternak.

Program ini berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat hingga 44% dan memberikan manfaat ekonomi mencapai Rp 1,3 miliar per tahun untuk setiap desa.

“Kami berkomitmen untuk mengembangkan konsep GEV ini secara lebih luas, mencakup seluruh daerah, bahkan PLN telah menjalin kerja sama dengan ratusan desa,” tambah Darmawan.

Kedua, PLN memanfaatkan sisa pembakaran batu bara dari PLTU atau FABA untuk memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan secara luas. Melalui program ini, PLN mengoptimalkan potensi 3 juta ton FABA per tahun dari 47 PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia.

FABA yang dihasilkan digunakan sebagai substitusi bahan baku untuk berbagai produk beton dan pupuk kompos, serta sebagai stabilisator keasaman tanah.

Dengan berkolaborasi dengan pemerintah daerah, PLN mendorong program green tourism yang berhasil mengurangi emisi sebesar 216 ribu ton CO2 dan menciptakan lapangan kerja untuk ribuan orang melalui keterlibatan lebih dari 500 UMKM.

Ketiga, PLN menginisiasi program peralihan dari penggunaan energi berbasis fosil ke energi listrik melalui program Electrifying Agriculture dan Electrifying Marine. Program electrifying agriculture berkontribusi pada penguatan sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan dengan memberikan akses listrik sebagai sumber energi, meningkatkan efisiensi, dan mendorong peningkatan perekonomian.

PLN telah berhasil menerapkan program framework electrifying agriculture di 200 lokasi, meningkatkan produksi pertanian tiga hingga lima kali lipat dibandingkan dengan menggunakan energi fosil.

Sementara itu, program electrifying marine berhasil membangun 107 infrastruktur stasiun penyedia listrik di dermaga-dermaga yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini mengurangi biaya untuk penggunaan solar sebelumnya, membantu keluarga nelayan dengan hemat biaya hingga 80%.

“Dengan terus menyediakan akses listrik yang merata, kami berharap dapat mendorong terciptanya akses masyarakat ke sektor lain, mulai dari kebutuhan dasar seperti air bersih, pendidikan, informasi, hingga pengembangan ekonomi,” pungkas Darmawan.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan