Pekerja meratakan tanah di lokasi pembangunan pabrik mobil Esemka di Demangan, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (5/5). Investasi pembangunan pabrik mobil Esemka senilai Rp2,1 triliun tersebut bertujuan untuk mengembangkan produksi mobil nasional Esemka dengan memanfaatkan sumber daya manusia dari lulusan Sekolah Menengak Kejuruan (SMK) guna meningkatkan daya saing otomotif nasional menuju pasar global. ANTARA FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Sebagai bentuk langkah kongkrit efisien energi, Alumni UI mendorong pemerintah menerapkan kebijakan audit terhadap pabrik-pabrik yang dinilai masih banyak tidak melakukan upaya efisiensi.

Keseriusan ini sebagai wujud untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) yang membutuhkan biaya tidak sedikit terhadap pembangunan energi ramah lingkungan itu.

“Yang perlu kita lakukan yaitu efisiensi energi sebelum masuk energi baru terbarukan, maka harus ada audit pabrik-pabrik. EBT itu mahal, kalau kita belum bisa efisien, maka kita sulit mendorong energi baru terbarukan,” ujarnya Ryad Adiansyah di kampus UI Salemba Jakarta. Senin (29/8).

Dia memaparkan jika seandainya pemerintah mampu memobilisasi gerakan efisien hingga 8 persen maka akan mendapat tambahan daya mencapai15 GW dari kapasitas terpasang 55 GW.

“Kalau kita lihat kapasitas terpasang 55 GW Saat ini, kalau kita naik 8 persen efisiensi maka kita akan dapat 15 ribu tambahan. Jadi melalui efisensi tidak perlu membangun PLTU baru. makanya kita lakukan audit,” imbuhnya.

Selain itu dia juga merasa aneh melihat kebijakan pemerintah yang menerapkan PLTU di berbagai daerah. Hal ini terkesan dipaksa karena setiap daerah punya karakteristik tersendiri dalam pemanfaatan sumber energi yang ada.

“Seperti Papua dibangun PLTU yang menggunakan batubara, padahal Papua itu banyak gas, jadi memang agak aneh,” tandasnya.

(Dadangsah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka