Jakarta, Aktual.com – Gelombang aksi unjuk rasa untuk menuntut Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok agar ditahan terkait kasus penistaan agama Islam akan kembali digelar. Rencananya demo kali akan berlangsung pada Jumat (2/12) atau gerakan 212.
Aksi unjuk rasa yang akan digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) ini direspon oleh para ekonom. Menurut Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual, aksi demo itu bisa direspon positif pasar dan investor selama berjalan dengan damai.
“Jika demo itu dilaksanakan dengan aksi damai, itu tidak berpengaruh besar (ke pasar dan investor). Karena premi risikonya masih kecil. Meski ada kekhawatiran, tapi sedikit,” jelas David, di Jakarta, Senin (21/11).
David tetap berharap, aksi 212 tak akan menimbulkan kekerasan dan anarki. Karena kondisi itu akan memberikan gesekan juga terhadap perekonomian Indonesia. “Maka saya berharap, demo itu bisa berlangsung secara damai,” jelasnya.
Meski begitu, dia mengingatkan, jikalau aksi demo terus terjadi, dan menuju ke krisis politik dan keamanan, maka akan memberikan pengaruh yang besar bagi pelaku pasar dan investor di Indonesia, baik domestik maupun asing.
“Kalau demo berlarut-larut bisa menuju ke krisis politik dan keamanan. Ini yang akan menjadi masalah, dan memberikan impact yang besar bagi investor,” tegas dia.
“Jika (demo itu) berlangsung anarkis, nantinya akan memberi pengaruh bagi iklim investasi di Indonesia. Saya saya dengar, mereka memang agak khawatir. Sehingga, untuk demo 2 Desember nanti, investor masih wait and see,” tegas David.
Dia sendiri tetap mengapresiasi demo itu sebagai penyampaian aspirasi. Mengacu pada demo gerakan 411 lalu, hingga pukul 18.30 masih berjalan damai. Dia yakin demo kali ini juga akan berjalan damai.
Sebelumnya, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) akan kembali menggelar aksi damai bela Islam jilid III pada 2 Desember 2016 atau gerakan 212.
Panglima Lapangan GNPF MUI, yang juga Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI), Munarman, mengatakan, aksi damai dilakukan karena Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama hingga kini belum ditahan pasca-ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama.
“Aksi damai berdoa untuk negeri. Kami akan punya tagline bersatu dan berdoa untuk negeri. Aksi ini untuk mempersatukan Indonesia dan mendoakan Indonesia agar selamat, tidak tercerai-berai,” kata Munarman
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka