Kepala Ekonom dan Strategi Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan. (Dokumentasi Manulife)
Kepala Ekonom dan Strategi Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan. (Dokumentasi Manulife)

Jakarta, aktual.com – Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menilai awal tahun adalah saat yang tepat bagi investor untuk kembali meninjau posisi investasinya, bahkan melakukan reposisi jika perlu.

“Sesuaikan dengan profil risiko, tujuan investasi, dan target jangka waktu yang kita inginkan. Lalu fokuslah berinvestasi, jangan mau ketinggalan dengan perbaikan iklim investasi yang semakin kondusif di tahun ini,” ujar Katarina dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Jumat (24/1).

Setelah melalui tahun 2019 yang penuh dengan gejolak, lanjut Katarina, tahun 2020 diperkirakan lebih baik. Hal tersebut terutama karena ada penurunan ketegangan dagang antara AS dengan China, yang membuat iklim investasi lebih kondusif.

Arah kebijakan suku bunga bank sentral AS The Fed pun diperkirakan lebih terarah dan lebih jelas, karena ada kemungkinan besar The Fed akan mempertahankan suku bunganya tetap sama sepanjang tahun ini, melihat situasi ekonomi dan finansial lebih baik.

“Dengan iklim investasi yang lebih kondusif, maka diperkirakan arus dana dari investor global ke negara-negara di emerging market terutama di Asia, akan semakin besar. Indonesia tidak terkecuali. Apalagi diperkirakan pertumbuhan laba korporasi tahun ini akan lebih baik dibandingkan pertumbuhan laba di tahun 2019. Ini tentu akan mendukung pasar saham Indonesia,” kata Katarina.

Selain itu, ia menilai reformasi kebijakan yang akan dilakukan pemerintah akan menjadi katalis positif dan semakin mendukung pasar saham Indonesia yang diperkirakan semakin membaik secara bertahap.

“Bagaimana dengan obligasi? Kita tahu suku bunga Indonesia salah satu yang paling menarik di dunia. Dan kondusifnya iklim makro Indonesia, seperti inflasi yang terjaga, nilai tukar rupiah yang terkendali, hal ini terus mendukung menariknya pasar obligasi Indonesia,” ujar Katarina.

Kendati demikian, menurut Katarina masih banyak tantangan yang ada, misalnya kondisi geopolitik dimana-mana. Kemudian kondisi Indonesia sendiri defisit neraca berjalan, dan ada beberapa tantangan yang lain.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto