Jakarta, Aktual.co — Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menilai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp2.500 per liter terhadap likuiditas pasar keuangan tidak akan terlalu besar dan masih dapat dikendalikan.
Tony Prasetiantono dalam paparan Outlook Ekonomi 2015 Bank Permata mengatakan dengan besaran kenaikan Rp2.500, otoritas moneter atau Bank Indonesia masih akan mampu menjaga suku bunga acuan di 7,5 persen.
“Dengan kenaikan Rp2.500 besaran inflasinya tidak akan lebih dari 8,0 persen,” kata Tony yang juga Komisaris Independen Bank Permata, di Jakarta ditulis Kamis (13/11).
Selain itu, menurut Tony, dampak kenaikan harga BBM dengan besaran Rp2.500, tidak akan terlalu menggerus daya beli masyarakat. Tentu hal tersebut juga harus dibantu dengan efektivitas program kompensasi sosial dari pemerintah.
“Jika harga BBM naik Rp2.500 maka harga premium Rp9.000 per liter. Itu masih ‘affordable’ (terjangkau) buat masyarakat,” ujar ekonom UGM Yogyakarta ini.
Tony memperkirakan dengan besaran kenaikan Rp2.500 maka inflasi akan terdorong menjadi 7,0-7,5 persen. Skenario tersebut jika harga BBM dinaikkan sebelum 2015.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka