Jakarta, Aktual.co — Ekonom dari Universitas Widaya Mandira (Unwira) Kupang Dr Thomas Ola Langoday mengatakan pemerintah harus cepat mencegah dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah dengan tiga hal pokok agar tidak menimbulkan krisis. Ketiga hal pokok itu, yakni segera mengimplementasi paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan Presiden Joko Widodo, memberikan kepastian hukum dan menunda permintaan dolar sehingga kelebihan dolar yang diminta dapat di-“cover” oleh cadangan devisa kita,” katanya di Kupang, Selasa (17/3).

Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang itu mengatakan hal itu terkait terus melemahnya nilai tukar rupiah diatas Rp13.000 hingga petang kemarin ditransaksikan antarbank di Jakarta, bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp13.230 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.185 per dolar AS. Menurut dia, paket kebijakan ekonomi versi pemerintah (Presiden Joko Widodo) salah satunya kemudahan untuk berinvestasi, insentif fiskal, kebijakan pengurangan impor dengan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) serta pemanfaatan biodiesel, diharapkan menahan tekanan rupiah lebih dalam.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga paket kebijakan ekonomi yang bertujuan memperbaiki kinerja neraca perdagangan dan neraca jasa, yang selama ini dominan menjadi penyumbang defisit neraca transaksi berjalan diharapkan membawa solusi positif terhadap stabilisasi rupiah. “Diharapkan rupiah akan lebih stabil seiring dengan adanya fokus untuk memperkecil defisit transaksi berjalan, agar fundamental ekonomi tetap terjaga dan tidak rapuh dalam menghadapi tekanan ekonomi global,” katanya.

Pada aspek kepastian hukum dalam negeri perlu dikendalikan dengan baik oleh Presiden Joko Widodo selaku kepala negara dan kepala pemerintah sehingga memberi kepastian dan rasa aman bagi investor untuk melanjutkan program atau kebijakan terkait modal termasuk menarik lagi investor asing untuk berinvestasi dalam negeri. “Iklim investasi yang konsisten atau stabil kepastian hukumnya, sehingga memberi trust atau kepercayaan dan komitmen jangka panjang dalam melakukan aktivitas dan transaksi,” katanya.

Penanggungjawab Magister Management (Pascasarjana) di Fakultas Ekonomi Unwira itu mengakui anjloknya rupiah bisa disebabkan karena berbagai faktor seperti melemahnya perdagangan Indonesia di pasar global, tingginya kebutuhan uang dolar untuk membayar utang negara yang juga aksi memborong dolar oleh para spekulan. “Jika penyebab naiknya dolar memang dilakukan oleh ulah spekulan, maka pemerintah harus bisa intervensi dan menjamin ketersediaan dolar di pasaran,” katanya.

Selain itu katanya untuk jangka pendek yang harus dilakukan pemerintah termasuk Bank Indonesia (BI) untuk segera menangani semakin terpuruknya rupiah yaitu mengintervensi pasar. Sebab, bank sentral pasti mengetahui sebab musabab jebloknya rupiah. Dia menilai, BI harus menemukan penyebab anjloknya rupiah. Pemerintah juga harus menjaga dan menata agar ke depannya rupiah tidak akan terpuruk lagi akibat terdorong naiknya nilai dolar, salah satunya dengan memperkuat sektor riil.

Memperkuat sektor riil, ini penting karena merupakan salah satu solusi yang bisa memperkuat keberadaan rupiah. Memang harus diakui bahwa sejak awal 2014 nilai ekspor cenderung menurun, karena salah satu indikatornya sektor riil tidak berkembang.

Artikel ini ditulis oleh: