Jakarta, Aktual.com – Direktur Lingkar Studi Efokus Rizal E Halim menyatakan menjelang pemilu 2019 ada beberapa langkah jangka pendek untuk mendorong perekonomian nasional.
“Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menjaga daya beli masyarakat. Kita bersyukur bahwa secara historis menjelang pemilu terjadi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tinggi,” katanya di Depok, Sabtu (15/12).
Rizal yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia berharap hal ini bisa terwujud menjelang 2019.
Kedua, mengelola pembelanjaan pemerintah dengan lebih efisien sehingga tekanan terhadap defisit APBN bisa terjaga. Ketiga, meningkatkan program program bagi kelompok masyarakar miskin dan rentan miskin.
Selanjutnya keempat, menjaga iklim bisnis sehingga produksi tetap tumbuh, industri membaik dan income pekerja bisa lebih terjaga.
Terakhir, mengurangi kebijakan kebijkan kontra profuktif seperti impor, Daftar Negatif Investasi (DNI), dan sebagainya.
Rizal juga menilai perekonomian nasional masih perlu ditingkatkan karena sepanjang 2015 hingga Q3 2018, perekonomian nasional masih belum menunjukkan kinerja terbaiknya.
Misalnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di bawah pertumbuhan nasional dari tren sebelum 2015 yang berada diatas 6 persen. Padahal konsumsi rumah tangga selama ini menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan mendominasi 56 persen dari struktur Produk Domestik Bruto (PDB).
Indikator lainnya defisit transaksi berjalan yang mencapai 22,4 miliar dolar AS sepanjang Q1- Q3 2018. Prediksi saya neraca transaksi berjalan 2018 akan berada di atas 30 miliar dolar AS.
Indikator lainnya adalah investasi. Tahun 2018 terjadi tren penurunan bagi investasi. Pada Kuartal I sebesar Rp 185,3 triliun, Kuartal II sebesar RP 176,3 triliun (turun sebesar 4,9 persen), dan Kuartal III sebesar Rp 173,8 triliun (turun sebesar 1,6 persen).
Dengan demikian, dari target investasi sebesar Rp765 triliun pada 2018, sampai dengan Kuartal III baru mencapai sebesar 70 persen.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby