Selain itu, lanjut Poltak, Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve diyakini tidak akan terus menaikkan suku bunganya karena akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di AS sendiri.
“Ekonomi AS saat ini sudah memasuki bulan ke 111 ekspansi ekonomi terpanjang dalam sejarah. Jadi mulai ada orang ‘betting’ nih, kayaknya ekonomi AS gak akan sekuat yang diperkirakan,” ujarnya.
Sebelumnya, RDG BI pada 22-23 Oktober 2018 lalu emutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5 persen.
BI menyatakan, keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
BI juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valas serta secara efektif memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) mulai 1 November 2018.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid