Jakarta, Aktual.co — Kerjasama pemerintah Indonesia dengan Tiongkok dalam berbagai sektor dikhawatirkan mengancam ketahanan geopolitik Indonesia. Pasalnya, selama ini arah kerjasama Indonesia lebih banyak pada pihak Amerika Serikat (AS).
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa arah geopolitik Indonesia pada Tiongkok nampaknya tidak akan terjadi. Menurutnya, Indonesia dan Tiongkok hanya menjalankan business to business.
“Ya ke Tiongkok karena siapa yang punya uang saja. Saat ini kan Tiongkok sedang bagus-bagusnya. Kalau AS sedang masa pemulihan. Ini hanya business to business saja. Kalau AS nanti ekonominya sudah bagus lagi, kita juga pasti akan ke sana lagi,” ujar Lana ketika dihubungi wartawan Aktual, Selasa (9/12).
Lebih lanjut dikatakan Lana, kerjasama antar Indonesia dan Tiongkok ada hal positif dan negatifnya. Misalnya, dengan pertumbuhan Tiongkok yang saat ini 7,5 persen, memiliki cadangan devisa Rp4,2 triliun akan menguntungkan Indonesia.
“Ada hal positif dan negatifnya juga. Misalnya liquiditas kita akan membaik. Pertumbuhan Tiongkok saat ini 7,5 persen dan cadangan devisanya Rp4,2 triliun ini menggiurkan Indonesia,” kata dia.
Dari segi kekurangan, Lana mengatakan bahwa dari segi kualitas produk, Tiongkok jauh dibandingkan dengan AS, uni Eropa, dan yang lainnya.
“Tapi kekurangan produk Tiongkok dari segi kualitas. Kualitas produk Tiongkok jika dibandingkan dengan AS, Uni Eropa atau yang lainnya itu jauh sekali. Contohnya itu PLN yang proyek 10.000 mega watt itu jaman SBY Jilid 1 itu kan dari Tiongkok produknya, tapi katanya sekarang banyak yang sudah rusak,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















