Jakarta, Aktual.co — Ahli ekonomi Anggito Abimanyu menyebutkan industri perbankan kurang ekspansif dalam menyalurkan kredit untuk menstimulus perekonomian, terlihat dari penyaluran kredit yang baru tumbuh 11,3 persen (year on year) hingga Maret 2015.
“Kredit perbankan sebenarnya kontribusinya sama dengan pembiayaan pemerintah (APBN). ‘Please do lend’. Per Mei mungkin pertumbuhan kreditnya malah 10 persen,” kata Anggito dalam Kongres Asosiasi Bankir untuk Pengelola Risiko (BARA) di Jakarta, Rabu (27/5).
Anggito menilai industri perbankan masih memperketat penyaluran kredit untuk beberapa sektor usaha. Menurut dia, perbankan seharusnya mampu melihat potensi besar di sektor perikanan, pertanian dan sektor infrastruktur, tanpa mengabaikan manajemen mitigasi risiko.
Apalagi, sektor-sektor tersebut juga sejalan dengan prioritas pembangunan pemerintah. “Perbankan, jangan semua sektor dikasih lampu merah,” kata Anggito yang juga Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.
Menurut Anggito, fungsi intermediasi perbankan juga belum optimal, terlihat dari rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) yang sebesar 88,3 persen per Maret 2015. Adapun, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebenarnya masih terkendali di 2,4 persen, meskipun kredit untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) tercatat di 4,14 persen.
Lebih lanjut, Anggito menekankan kalangan perbankan juga harus memahami bahwa kondisi perekonomian selama triwulan I sangat tertekan, terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang hanya 4,71 persen dan realisasi defisit fiskal yang meleset dari target.
Oleh karena itu, ujar dia perbankan harus menjadi motor untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
“Swasta memiliki kemampuan seperti dengan kemampuan analisis dan kreativitas yang tinggi. Hal tersebut sulit terlihat dari pemerintah,” kata ekonom yang juga Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (Tbk).
Anggito mengatakan kredit perbankan pada 2015 seharusnya tumbuh 13-15 persen untuk menopang pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Menurut Anggito, target pertumbuhan ekonomi di APBN-Perubahan 2015 sebesar 5,7 persen sulit tercapai. Dia menyebutkan konsensus para kepala ekonom bank-bank di Indonesia memperkitakan pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 5-5,2 persen.
Artikel ini ditulis oleh: