Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kestuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berujuk rasa di depan kantor PMK, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018). Aksi mahasiswa ini menuntut pemerintahan Jokowi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, menurunkan harga kebutuhan pokok, menghentikan impor yang tidak diperlukan dan melakukan swasembada pangan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, masih lanjut terkoreksi pasca rilis data pertumbuhan ekonomi AS.

“Kinerja tahunan ini masih menunjukkan penguatan. Isu resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) tampaknya belum terkonfirmasi, walaupun ada perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam dua triwulan terakhir,” kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat (1/3).

Pertumbuhan ekonomi AS pada Triwulan IV-2018 tercatat 2,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), di atas ekspektasi konsensus 2,4 persen (yoy). Pada Triwulan II-2018 lalu ekonomi AS mencapai pertumbuhan tertingginya 4,2 persen (yoy), kemudian melambat menjadi 3,4 persen (yoy) pada Triwulan III-2018.

Investasi AS menunjukkan peningkatan, konsumsi rumah tangga tetap tinggi dan kinerja netto perdagangan, walaupun masih defisit tetapi mengecil. Untuk keseluruhan tahun 2018 ekonomi AS tercatat tumbuh 2,9 persen, naik dibandingkan 2,7 persen di 2017.

Laporan pertumbuhan ekonomi AS tersebut membuat indeks dolar menguat dan kembali menekan rupiah.

Kendati demikian, Lana menilai rupiah masih berpotensi menguat seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Selain itu, dari domestik, Februari yang tercatat mengalami deflasi juga diharapkan membantu penguatan rupiah.

Artikel ini ditulis oleh: