Dia menegaskan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berdasarkan data triwulanan BPS juga terus melambat yakni dari 5,15 persen di 2014 menjadi 4,93 persen di tahun 2017 ini
Jadi, bagi negara dengan 55 persen kue ekonomi yang dibentuk dari konsumsi, tentu tren penurunan tersebut berimbas pada banyak sektor. “Otomatis sektor ritel yang menjual consumer goods pasti menurun. Itu yang terjadi.”
Indikator lainnya, kelesuan daya beli juga bisa ditelusuri dari rendahnya inflasi selama dua tahun ini. Klaim Pemerintah bahwa inflasi terkendali pun menimbulkan tanda tanya.
“Memang saat Lebaran lalu, inflasi Juni tercatat 0,69 persen dengan inflasi pangan yang relatif rendah, tetapi yang menarik adalah inflasi inti atau core inflation dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan penurunan, dari 0,33 persen menjadi 0,26 persen. Kalau core inflation turun, bisa jadi permintaan agregatnya rendah.”
Kondisi itu Ini jelas tanda-tanda daya beli memburuk ketimbang kehebatan Pemerintah dalam mengendalikan harga pangan. Dikonfirmasi, penurunan daya beli juga akibat adanya kebijakan makro ekonomi yang super konservatif, Bhima mendukungnya. Salah satunya terkait kebijakan utang.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu