Jakarta, aktual.com – Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa risiko inflasi dari beras ke depan masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga pupuk yang belum kunjung turun dan risiko dari fenomena El Nino.
“Ke depannya, risiko inflasi dari beras relatif cukup tinggi, mengingat masih belum kunjung turunnya harga pupuk, serta risiko dari El Nino,” kata Josua di Jakarta, Jumat (1/9).
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa harga beras eceran naik 1,43 persen secara bulanan (mtm) pada Agustus 2023, dengan kenaikan tahunan sebesar 13,76 persen (yoy).
Beras menjadi komoditas yang memberikan kontribusi terbesar pada inflasi bulan Agustus 2023, sebesar 0,05 persen. Tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus mencapai 3,27 persen (yoy). Inflasi beras ini meningkat setelah sebelumnya mengalami penurunan pada Mei, Juni, dan Juli.
Josua mengatakan bahwa kenaikan harga beras bukan hanya terjadi pada tahun 2023 saja, tetapi sudah mengalami peningkatan sejak Agustus 2022. Salah satu faktor penyebabnya adalah kenaikan harga pupuk global, yang berdampak pada biaya produksi pertanian.
Harga pupuk global telah meningkat sejak perang Rusia-Ukraina pada awal 2022, dan dampaknya mulai terasa pada musim panen Agustus 2022. Kenaikan harga pupuk yang belum turun berujung pada biaya produksi yang tetap tinggi. Josua menyarankan agar pemerintah melakukan subsidi pupuk untuk mengurangi biaya input di sektor pertanian.
Selain itu, peningkatan kuota impor beras juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Josua menekankan pentingnya operasi pasar yang rutin dilakukan oleh pemerintah serta penyediaan penyimpanan beras di daerah-daerah strategis untuk memastikan distribusi yang aman.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, telah mengumumkan rencana pemerintah untuk menambah kuota impor beras dari 2 juta ton menjadi 3 juta ton pada tahun 2023 sebagai antisipasi terhadap dampak dari El Nino.
“Ini adalah langkah proaktif untuk menghadapi risiko yang ada,” kata Zulkifli. Rencana penambahan kuota impor beras tersebut akan dilakukan melalui pembelian dari India sesuai dengan Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani antara Indonesia dan India.
Meskipun demikian, pada Agustus 2023, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi sebesar 0,02 persen (mtm) dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,21 persen (mtm). Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga makanan dan minuman, terutama daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara