Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat berpeluang menguat seiring sinyal “dovish” atau kebijakan moneter longgar oleh bank sentral AS The Federal Reserve.
“Pagi ini mata uang kuat Asia yen dan dolar Hong Kong dibuka menguat terhadap dolar AS masih terbawa sentimen pidato Gubernur The Fed. Kemungkinan rupiah juga terbawa menguat menuju kisaran antara Rp14.000 sampai Rp14.050 per dolar,” kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat (12/7).
Dari eksternal, inflasi AS tercatat 1,6 persen (yoy), terendah dalam empat bulan terakhir dan melambat dari Mei yang sebesar 1,8 persen (yoy). Perlambatan ini karena harga makanan dan energi yang turun. Sementara inflasi inti tercatat 2,1persen (yoy), diatas perkiraan ekspektasi konsensus 2 persen (yoy).
“Kendati inflasi AS tidak menjadi fokus utama kebijakan suku bunga The Fed, namun dengan angka inflasi yang masih relatif rendah membuat kekawatiran melambatnya ekonomi semakin kuat, yang bisa membuat kemungkinan The Fed semakin besar menurunkan suku bunganya,” ujar Lana.
Gubernur The Fed Jerome Powell mensinyalkan akan menurunkan suku bunganya. Pelaku pasar perkirakan The Fed akan melakukannya pada pertemuan 30-31 Juli 2019 ini.
Artikel ini ditulis oleh: