Jakarta, Aktual.com – VP Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani menilai adanya kesehatan masyarakat yang baik adalah syarat utama untuk dapat mendorong perekonomian pada masa pandemi yang masih berlangsung hingga kini.

“Jadi saya pikir permasalahannya harus diseimbangkan ya. Kesehatan biar gimana pun itu syarat pertama untuk bisa mendorong ekonomi. Kalaupun mendorong ekonomi, kita harus minimal disiplin menjalankan protokol kesehatan dan implikasinya kita memang tidak bisa mendorong ekonomi full,” ujar Dendi dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Kamis (24/9).

Menurut Dendi, tidak relevan menilai mana yang harus didahulukan apakah ekonomi atau kesehatan. Artinya, selalu ada risiko apabila salah satunya diprioritaskan.

“Seperti yang terjadi di tiga bulan terakhir. Ketika ada pelonggaran, kasus COVID-nya naik. Dan kalau kita lihat data, berdasarkan data provinsi ya kelihatan sekali yang kasusnya tinggi, pertumbuhan ekonominya paling tertekan,” kata Dendi.

Ia mencontohkan pelonggaran pembatasan penumpang di angkutan umum dari 50 persen menjadi 80 persen yang seharusnya tidak dilakukan karena menyebabkan terjadinya eskalasi kasus positif COVID-19.

“Selalu ada konsekuensi. Memang artinya kita tidak bisa mendorong ekonomi, karena secara empiris itu berimplikasi pada peningkatan kasus,” ujar Dendi.

Dendi menilai mengimbau masyarakat untuk disiplin tidak efektif untuk mengurangi jumlah kasus positif COVID-19 karena disiplin sifatnya individual. Ia menilai perlu ada penegakan aturan yang ketat dari aparat yang berwenang baik oleh polisi, tentara, atau Satpol PP agar masyarakat menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan benar.

“Mungkin harus intensif dan masif supaya mengubah behaviour masyarakat, karena yang terjadi kan orang sering anggap enteng. Jadi kesehatan itu syarat utama, ekonominya didorong tapi gak bisa full juga,” kata Dendi.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga mengungkapkan hal senada. Kesehatan merupakan landasan untuk dapat mendorong ekonomi. Oleh karena itu, di tengah pandemi yang masih ada, kampanye kesehatan secara masif menjadi sangat krusial.

Andry mencontohkan China yang meskipun kebijakan lockdown sudah dilonggarkan, namun kampanye soal pentingnya penerapan protokol kesehatan di sana tetap berjalan secara masif.

Begitu pula di Amerika Serikat, meski masih ada warganya yang bandel, namun sebagian besar warga AS sudah sadar untuk menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya sehingga jumlah kasus positif di Negeri Paman Sam menurun.

“Jadi walau dilonggarkan kebijakan PSBB, protokol kesehatannya tetap diketatkan. Protokol kesehatan bukan pembatasan ekonomi loh ya, pakai masker kemana-mana itu adalah hal yang penting,” ujar Andry. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin