Jakarta, Aktual.com — Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan terus melemah hingga akhir tahun sebesar Rp13.900.
“Kalau saya sih, rupiahnya tim forex (foreign exchange atau valuta asing) research kami agak ‘bearish’, ya, ke 13.900, tetapi itu dengan kenaikan BI rate (suku bunga acuan bank sentral),” katanya di Jakarta, Senin (29/6).
Nilai tukar rupiah akhir tahun diprediksi berada di Rp13.900 merupakan skenario yang konservatif. Faktor yang memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah adalah fenomena “superdolar” dan Yunani yang terancam keluar dari Eropa.
“Ada pengaruh ‘superdolar’, Yunani cenderung implikasinya tidak begitu bagus pada pasar finansial,” katanya.
Selain itu, suku bunga acuan bank sentral atau BI rate diprediksikan naik 7,75 persen jika Fed rate naik.
“Kalau tidak dinaikkan BI rate-nya, mungkin ‘pressure’-nya (tekanan terhadap nilai tukar rupiah) lebih besar lagi,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa BI rate sulit turun karena kondisi rupiah yang masih tertekan.
“Cuma saya sendiri melihat tahun ini BI rate tidak diturunkan karena rupiahnya masih dalam kondisi seperti ini. Lagian, kalau diturunkan hanya 25 basis poin, 50 basis poin dampaknya lebih banyak ‘lost’-nya (hilang) daripada ‘benefit’-nya (keuntungan). Rupiah tertekan terdampak pada inflasi yang naik,” jelasnya.
Berdasarkan laman resmi Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari Jumat (26/6) melemah hingga Rp13.338 dan pada hari Senin (29/6) hingga Rp13.356.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka