Apalagi kemudian, dari sisi lapangan usaha masih terjadi pertumbuhan negatif. Terutama di dua sektor, yaitu sektor listrik dan gas serta sektor pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (public administration, defense, and compulsory social security). Kemunduran kinerja sektor listrik dan gas ini yang disebut dia menjadi alasan kemerosotan daya beli.
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami kemerosotan pertumbuhan paling tajam, dari 7,12 persen pada kuartal I-2017 menjadi 3,33 persen pada kuartal II-2017. Namun, angka ini dinilai masih berada di sekitar tren pertumbuhan jangka panjangnya antara 3 persen sampai 4 persen.
Bahkan di sektor lain, perlambatan pertumbuhan sektor industri manufaktur ternyata berlanjut. Ini tentu sangat mengkhawatirkan. Karena sektor ini merupakan penyumbang terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
“Karena tanpa akselerasi industrialisasi, agaknya kian berat untuk membawa perekonomian Indonesia ke jalur cepat dengan pertumbuhan 7 persen seperti target RPJM dan menjadikan negara berpendapatan tinggi,” katanya.
Sektor-sektor yang tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan PDB semuanya sektor jasa. Sektor informasi dan komunikasi masih yang tertinggi. Sektor ini tumbuh dua digit setelah dua tahun berturut-turut sebelumnya tumbuh di bawah 10 persen.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan