Jakarta, Aktual.com — Perekonomian domestik pada tahun depan masih dibayangi oleh tekanan-tekanan eksternal, terutama tekanan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, sehingga kebijakan seperti hilirisasi industri dan perluasan pasar ekspor harus dipercepat.
Ekonom mengatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,3 persen pada tahun 2016 dan juga imbas negatif dari kebijakan devaluasi mata uang yuan akan sangat berpengaruh terhadap Indonesia.
“Gonjang-ganjing kurs dan penurunan pertumbuhan Tiongkok akan sangat berpengaruh kepada kita karena Tiongkok adalah mitra dagang utama kita,” ujar Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasentiatono, di Manado, Senin (14/9).
Tony mengatakan bahwa sumber gejolak eksternal, termasuk tekanan dari Tiongkok, memang cukup dilematik karena imbas negatifnya sangat terasa.
Di sisi lain, pemerintah hanya dapat berbuat maksimal dengan instrumen yang langsung dikendalikan oleh Pemerintah, seperti pemberlakuan kebijakan proinvestasi, optimalisasi penyerapan anggaran, dan konsistensi menjaga stabilitas pasar keuangan.
Ia juga mengingatkan bahwa kebijakan devaluasi yuan Tiongkok, bisa menstimulus ekspor negara Tirai Bambu tersebut, dan membuat pasar domestik makin dibanjiri produk Tiongkok.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Peter Jacobs menilai tekanan eksternal lain datang dari penurunan harga komoditas yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian regional.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, menurut Peter, daerah perlu menggencarkan hilirisasi industri untuk meningkatkan daya saing produk ekspor.
Untuk hilirisasi di Sulut, kata dia, kegiatan pengolahan diterapakan untuk komoditas kelap sebagai hasil utama sektor pertanian di wilayah tersebut.
“Misalnya, produk kelapa jika diolah menjadi tepung kopra, nilainya akan naik 78 persen, atau minyak mentah, nilainya akan naik 76 persen,” ujarnya.
Sektor lain yang dapat menjadi prioritas di Sulut adalah pengembangan parawista. Pengembangan parawisata dapat menambah cadangan devisa sehingga dapat mencegah kelangkaan dolar AS dan membantu menjaga stabilitas.
Selain memiiki potensi melimpah, seperti destinasi wisata Taman Laut Bunaken, kata Peter, Sulut juga harus mengembangkan destinasi wisata lainnya.
“Untuk Bunaken, harus diperbaiki manajemen sampahnya dan sumber air bersih karena itu yang sering dikeluhkan wisatawan,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka