Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Maghfiruha Rachbini/Net

Jakarta, Aktual.com – Institute for Development of Economics and Development of Economics and Finance atau Indef memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun akibat imbas konflik Iran-Israel. Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef, Eisha Maghfiruha mengatakan Indonesia harus berhati-hati karena kemungkinan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh di bawah 5 persen.

“Melihat risiko global yang dihadapi sekarang nampaknya untuk tumbuh di 5 persen itu masih harus bekerja keras, bahkan bisa saja tidak tercapai,” kata Eisha dalam diskusi publik Indef secara virtual pada Sabtu (20/4).

Ihwal inflasi, Eisha mengatakan Indonesia menghadapi tantangan besar soal volatile food karena bencana cuaca El Nino yang mendorong krisis bahan pokok meningkat. Namun, ia menilai inflasi Indonesia masih bisa dikendalikan dan bertahan di 2,61 persen pada 2023.

Eisha menuturkan memang ada kecenderungan peningkatan inflasi di 3,5 persen. Dengan eskalasi konflik yang ada saat ini, menurut dia, akan terjadi juga tekanan terhadap inflasi di Tanah Air. Terutama pada barang-barang impor, lantaran telah terjadi depresiasi rupiah yang menjadi tekanan bagi para importir di Indonesia.

Namun dengan target inflasi dari Bank Indonesia 2,5 persen plus minus 1 persen, ia memperkirakan inflasi masih bisa dikendalikan. Hal ini, menurut dia, juga membutuhkan usaha yang besar dan koordinasi antara stakeholder terkait dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID.

“Ini menjadi perhatian sendiri bagaimana dampak runtutannya dari eskalasi risiko global terhadap inflasi, nilai tukar rupiah yang perlu diwaspadai,” ujar Eisha.

Sebelumnya, Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Krisna Gupta pun mengatakan saling serang yang terjadi dalam konflik Iran-Israel bisa memberikan dampak ke perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah inflasi.

Menurut Krisna, dampak lain yang akan sangat terasa adalah pada sektor energi. Sebab, mayoritas minyak yang melewati Arab, dikapalkan lewat Selat Hormuz untuk pasar Asia.

Selat ini berada di antara wilayah Iran, Oman dan Uni Emirat Arab. Ia memperkirakan harga minyak akan naik, terutama jika Amerika Serikat dan sekutunya memberikan sanksi ke minyak Iran dan mempersulit penjualannya.

Jika ketegangan antara Iran dan Israel masih terus berlanjut kedepannya, Krisna menilai pemerintah Indonesia harus segera mencari cara agar dapat meminimalisir dampak yang bisa dirasakan.

Krisna mengatakan pemerintah bisa turut mendorong Israel untuk menahan diri, karena saat ini agresi Israel sudah mendapatkan banyak kritik bahkan dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat.

“Sebab dampaknya akan sangat tergantung seberapa jauh eskalasi serangan tersebut, dan ini tergantung respons dari Israel dan sekutunya,” ujar Krisna, Jumat, (19/4).

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan